Pages

Tuesday 23 December 2014

Selamat Hari Ibu

@Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta
at Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta


Assalamualaikum
Apa kabar ibuku yang baik hati
Sudah lama sekali kita tak berjumpa lagi
Aku datang untuk kesekian kali
Sebab aku tak menemukanmu dalam mimpi


Ibuku sayang,
Apakah yang terjadi didalam sana
Berbalutkan sehelai kain putih pastinya terasa dingin
Beratapkan papan dan tanah yang padat pastinya terasa gelap
Tanpa teman pastinya terasa sepi
Tapi hal itu tak kan pernah terjadi
Biarkan aku menerangimu dalam sujudku
Biarkan aku menghangatkanmu lewat doa dan dzikirku
Karena ibu takkan pernah sendiri
Hingga kini, teman-teman ibu terus mendoakanmu lewat pengajian rutin

Ibuku sayang,
Aku sedang disini
Tepat duduk disamping pundakmu
Persis Sekali ketika Ayah sedang duduk disaat ibu terbaring di rumah sakit
Maafkan aku ibu, Aku datang sendiri tanpa mengajak adik-adik
Sebab mereka sedang berjuang mewujudkan cita-citamu yang tertunda

Ibuku yang cantik,
Aku sedang disini
Tepat duduk disamping pundakmu
Sama seperti ketika aku menemanimu disaat menonton film sehabis Sholat Isya
Banyak rasa yang ingin kuceritakan
Banyak kisah yang kulalui tanpamu
Tersenyumlah ibu, karena aku membutuhkan itu

Ibu,
Aku masih disini
Sedang berdiri tepat disamping pundakmu
Sama persis disaat aku hendak berangkat kerja
Ridoilah setiap langkahku
Tersenyumlah ibu tersenyumlah, karena itu adalah semangat ku

                                                                                                                       Adnan R.

Saturday 8 November 2014

AJARAN NABI (Penutup)

Waktu menunjukan pukul 08.00 pagi, senam yang dijadwalkan sebelumnya tidak dapat dilaksanakan mengingat beberapa faktor.  Akhirnya semua panita kembali dikerahkan untuk menyiapkan sarapan pagi ditambah lagi dengan persiapan penutupan. Beberapa alumni yang terisisa di pondok langsung menyantap makanan meski diantara mereka lam yastahim.  Obrolan-obrolan santai menghiasi sarapan pagi tersebut, seorang senior (Roinul Pasaribu) menjadi rebutan sebab ia baru saja datang dari kampung halamannya (Aek buru), beberapa orang berakting membantunya untuk mengambilkan piring, nasi dsb layaknya seorang raja, pastinya semua dilakukan atas nama canda tawa. satu jam berlalu tak terasa, acara penutupan reuni akbar segera dimulai.

minggu yg tenang dan cerah setia menemani para hadirin sekalian. acara penutupan pun dimulai dengan pembacaan ayat suci alquran yg dibacakan oleh saudari elvi suaidah (lulusan tahn 2011 dengan no. Hp 0823xxxx), seketika semua tenggelam dalam suasana yang damai dan tunduk patuh pada ayat-ayat yang dibacakan. seperti biasanya acara dilanjutkan dengan kata-kata sambutan dari mudir, alumni dan ketua Oppaj putra. pastinya objek pembicaraan berfokus pada alumni, nasehat demi nasehat serta harapan untuk kemajuan ahmadul jariyah disampaikan dengan tegas dan jelas agar menjadi renungan bagi setiap alumnus. acara penutupan kemudian ditutup dengan berfoto bersama ummi, mudir, dan ustad.

sebelum para alumni meninggalkan ahmadul jariyah, panitia sejak dari awal sudah mempersiapkan berbagai macam hadiah bagi alumni yang mendapatkan keberuntungan. acara undi mengundi dipandu oleh ka nanang, kemudian mempersilakan ustad untuk membuka nomor undian yg pertama. ternyata irpan mendapatkan keberuntungan itu, seketika beberapa orang yang mengenalnya tertawa-tawa sebab ia mendapatkan sebuah sajadah, kemudian disusul 13 orang dengan hadiah yang berbeda-beda, spt. 1 bgkus mie, sarung sampai sabun cuci serbuk. tentunya bagi alumni yg tidak beruntung menjadi penonton budiman atas kebahagiaan mereka.

Para alumni belum diperbolehkan untuk meninggalkan pondok secepatnya, sebab ada satu acara puncak yg harus dibicarakan dengan serius, mengingat acara reuni akbar di ahmadul baru pertama kali diadakan, forum khusus alumni itupun aku buka dengan narasumber siapa saja boleh memberikan masukan dan kritikan untuk perbaikan acara reuni akbar selanjutnya. Setelah membuka forum, beberapa alumni memberikan masukannya dimulai dari pengurus IKAMAH (ketua: Abdul gani) saat ini. Aku pun menyempatkan waktu untuk mengenali beberapa alumni yang masih setia mengikuti acara reuni sampai bab akhir.  

Tiba-tiba mataku terhenti pada seorang wanita yang sedang asyik mendengarkan diskusi, kuperhatikan sejenak, semakin penasaran aku langsung mencari tau namanya, ternyata benar wanita itu adalah si DIA, ingin rasanya aku berlari ke kamar mandi minimal membasuh muka untuk menyambut kedatangannya. Pastinya kehadirannya dapat mengobati urat saraf yg mulai melemah. tapi sayang, keliatannya ia tak merasa ditunggu. di sela-sela diskusi aku mencuri waktu untuk memotret-motret wajahnya yg super natural.

hasil diskusi dirangkum dalam catatan kecil notulen, dari sekian banyak masukan sepertinya sudah cukup untuk menutupi kekurangan acara reuni akan datang. diantaranya adalah saling menjaga kontak (no. HP) dan alamat yang sudah didaftarkan sebelumnya, selanjutnya PR besar ini diserahkan kepada semua alumni dan pengurus IKAMAH baik sekarang maupun akan datang. akhirnya, kekuatan serta kesatuan alumnus ahmadul menjadi harapan besar sebagai penggerak kemajuan ponpes ahmadul jariyah. 

acara diskusi pun berahir dengan sorakan serentak IKAMAH JAYA. semua alumni membuat kegiatan masing-masing di berbagai tempat mengingat waktu menunjukkan untk makan siang. Khusus alumni lulusan thun 2006 mengambil tempat di labuhan. meski tidak hadir semua, tpi suasana obrolan kami melebihi dari 50 orang. sebelum berangkat kesana aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan si dia di bawah tenda, ternyata ia ramah. obrolan kami tidak sebanyak yg diharapkan sebab dia jga harus menjawab beberapa pertanyaan dari alumnus berjenis laki-laki yg mengelilinginya. aku terus memandanginya sebab jarak diantara kami ckup jauh mngkin sampai 5 tahun, banyak sekali perubahan darinya terutama tai lalat mungil yg menempel di bawah idungnya. tak sempat meminta no HP nya, aku harus menyelesaikan pekerjaan yg tersisa. dan berharp nnti bisa ngbrol lagi.

makan bersama teman-teman seangkatan sangat jarang didapatkan, kesempatan ini pun dipergunakan untuk saling bertukar pikiran, informasi dan tawa. setelah makan, sakti nasution menyodorkan undangan pesta pernikahannya. tentunya ini menyindir orang-orang sekitarnya terutama linda, rosliani dan ahmad rivai naibaho. pertemuan kami berhenti pada pukul 02.00 wib. jefri dan sakti lagsung pulang mengarah ke pekan baru, sedangkan sisanya kembali ke ponpes. aku langsung kekantor dan melihat si dia sedang asik berfoto-foto dgn teman-temanya, ia menatapku kemudian tersenyum dan itu adalah senyuman terhangat.

lambat laun, satu persatu alumni meninggalkan ponpes. semoga kita (antar alumnus) terus menjaga silaturrahim seperti yang diajarkan nabi Muhammad SAW. Aaminn

MASIH SAJA TAK BOLEH (Lanjutan5)

hypnotic show merupakan acara penutup pada hiburan seni di malam minggu itu, penampilan ini mengejutkan semua hadirin, telebih khusus kepada saya yg selama ini belum mempercayai adanya hipnotis. Pertama ia (Awalauddin Siregar : lulusan tahun 2004) mengajak 6 orang  santri untuk menemaninya di depan panggung (para santri tidak mau, takut diapa-apain hingga terjadi saling tunjuk, saling dorong), bg Awal kemduian meminta dukungan dari para hadirin untuk menyemangati teman-teman mereka. ia pun memulainya, 6 orang santri tersebut patuh dan taat dengan apa yg diucapkan oleh bg Awaluddin. Perlahan tangan mereka menjadi pusat perhatian semua penonton, dimana tangan mereka membeku dan kaku hingga benar-benar berubah menjadi tangan yg keras seperti besi. setelah berhasil mereka dipersilakan menuju habitatnya. kemudian, 1 orang di panggil maju ke depan untuk pertunjukan yg kedua. seketika para penonton menganga, terkejut (homang) karena seorang santri langsung tidak sadarkan diri (tertidur) setelah dibisikkan bg awal. dalam keadaan tidak sadar, santri tersebut menjadi bahan komedian untuk para hadirin sekalian. 

sebelumnya, acara hiburan ini dibuka pada pukul setengah sembilan dimulai dengan nyanyian-nyanyian islami yg dipandu oleh grup nasyid santriat ahmadul jariyah. beberapa dari santriat menyumbangkan lagu-lagu terbaiknya, begitu juga dengan alumni diundang untuk memeriahkan acara hiburan tersebut. tiba-tiba bebarapa santriat dengan kostum berbeda muncul di atas panggung lengkap dengan peralatannya. botol yg mereka bawa kemudian ditampakkan ke semua penonton dengan semangat dan riang, ternyata itu sebuah ucapan terimakasih kepada sponsor yg mendukung acara itu. tepuk tangan dan suara riuh menyambut kemeriahan malam minggu itu, malam yang penuh cerita. semua penonton terlarut dalam alunan permainan yg disuguhkan para santri/at ahmadul seakan lupa sesaat akan masalah di rumah, kampus, pacar, utang dll.

penampilan pantomim membuat para penonton tak berpindah tempat. mata mereka berfokus pada orang yg mukanya ditutupi dengan bedak/tepung tebal berkostum hitam putih. awalnya memang sulit untuk menebak pesan apa yg mereka tampilkan di atas panggung mengingat pantomim merupakan hiburan tanpa suara melainkan gerak tubuh saja. namun diantara penonton satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan orang ada yg tertawa seakan mereka mengerti atau bahkan ada murid yg mereka kenal diatas panggung. lambat laun ceritanya dapat dinikmati oleh mayoritas penonton, dan ternyata mereka menceritakan murid-murid bandal yang tak menghiraukan gurunya yang sedang menjelaskan pelajaran didalam kelas, alhasil mereka pun di kenai hukuman oleh sang guru. ekpresi kesakitan mereka yang berbeda-beda mengundang tawa para hadirin.

para hadirin kemudian terdiam sejenak, beberapa menit mereka menjadi batu. mereka terharu dengan puisi yg dibacakan oleh duet santriat. mereka datang dari sudut kiri dan kanan. bait per bait mereka ucapkan dengan jelas dan lantang. mereka bercerita tentang arti sebuah sahabat, tema yang sangat cocok untuk acara reuni akbar untuk mengulang kenangan masa lalu dengan teman sekamar dan sebangku dan membandingkan apa yg terjadi saat ini. aku melihat sudut yg sulit ketika salah seorang pembaca puisi merendahkan suara dan badannya hingga ke lantai. sampai mereka meninggalkan panggung aku masih merenung.

tak sampai disitu acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan pop song, lagu ini dipersembahkan khusus untuk seluruh alumni ahmadul jariyah dimanapun berada. karena dianggap penting, lagu itu kemudian diulang sekali lagi agar para alumni ahamdul cinta akan almamaternya. malam semakin diam, sepi, sunyi, mengingat semua alumni memilih diam dan mencoba memaknai arti lagu tersebut. kemudian acara selanjutnya adalah acara yang tak pernah tinggal di setiap muhadoroh, yaitu komedi. para pemain terlihat percaya diri ketika memasuki panggung. terbukti suguhan mereka benar-benar mengocok perut, tak ada suara selain tawa yg terdengar. ceritanay memang klasik, seorang anak yang bandal dan tidak mau mengikuti kemauan orang tuanya untuk belajar di pesantren, sampai ayahnya meninggal, baru ia sadar bahwa belajar agama itu penting. kemudian, ia menghadap ibunya untuk meminta ijin belajar di pesantren. ketika sang ibu menanyakan akan dimana sekolahnya, ia menjawab sekolah yang terkenal itu mak yang dikotapinang itu, ahmadul jariyah. tentunya semua penonton bangga mendengarkannya.

ada satu penampilan yang menegangkan, yaitu penampilan dari santri yang berkostum putih-putih (taekondo) memasuki lapangan, pertama mereka memberi hormat lalu memainkan api dengan dengan mulut. penampilan itu kemudian membuat para penonton beranjak dari tempat duduk, mereka berbondong-bondong mengambil tempat paling depan bahkan tidak sedikit yang mengabadikan penampilan tersebut (sayang HP ku tak ada kameranya). ada pepatah yang mengatakan "jangan bermain-main dengan api" ternyata pepatah itu tidak untuk para pendekar-pendekar itu. keliatannya mereka sangat mahir melakukannya meski mereka masih kecil. penampilan itu menjadi penampilan dari santri.

sekarang giliran para alumni menampilkan apa yang mereka punya. aku kemudian memanggil bang sapriadi siregar (lulusan 2003) untuk menyanyikan sebuah lagu. ia kemudian naik keatas panggung dengan tangan kosong (mengingat alat musik gitar belm diperbolehkan). setelah menyapa para penonton ia memulai dengan lau dari bg iwan dengan judul ibu. kemudian lagu kedua pastinya aku lupa judulnnya namun suaranya tetap bagus. kemudian dilanjutkan dengan acara stand up comedy. tanpa persiapan dan perencanaan aku memanggil tesen, buktinya sampai tiga panggilan baru ia mau menuju panggung dengan hati yang campur aduk. ia bercerita tentang dirinya kampungnya dan sekolah ahmadul tentunya dengan gaya dan bahasanya sendiri sehingga para penonton tertawa terbahak. komedian selanjutnya adlah badaruddin harahap. ia juga berhasil membuat para penonton menampakkakn giginya masing-masing. aku membujuk antara alumni agar menampilkan sesuatu, dan tidak berhasil sampai bg awaluddin mau mempertunjukkan yang ia miliki.

setelah melewati beberapa kegiatan, semua alumni dipersilahkan untuk mendaftarkan diri bagi yang ingin menginap di ahmadul, kelas-kelas yang disiapkan panitia siap menampung para alumni. beberapa diantara mereka masih berkumpul dengan teman seangkatannya, tentunya banyak hal yang harus diungkapkan. aku memilih duduk sambil ngobrol dengan senior di depan kantor. meski mata sayu, badan capek, lepek, aku masih menyisihkan waktu menanyakan ketidakhadiran si dia. pastinya akan menjadi pengobat jika ia ada di samping....

malam semakin larut, waktunya tidur sebab masih ada kegiatan esok hari.

(bersambung).

TIANG VOLLEY (Lanjutan4)

Sholat ashar berjamaah telah selesai dilaksanakan, saatnya menunggu panitia mempersiapkan beberapa peralatan olah raga untuk dipakai dalam kegiatan pertandingan antar angkatan. Adapun bidang olahraga yang disiapkan panitia adalah bola volley, badminton dan sepak bola. Lapangan Volley menjadi pusat perhatian beberapa santri karena berada di depan asrama mereka dan ini juga merupakan olah raga favorit sebagian besar santri ahmadul jariyah. Beberapa alumni datang ke lapangan dengan kostum lengkap (kayana ada yang baru beli), seperti bg Ikbal Hanafi Hasibuan (alumnus lulusan tahun 2001) datang dengan baju setan merah (MU) lengkap dengan tulisan sponsornya AON (NOA), di sisi lain ada juga bermain volley yang masih mengenakan baju kemeja, celana bahan lengkap dengan sepatu pantopelnya.

Sedangkan untuk lapangan badminton dikuasai penuh oleh lulusan tahun 2006. “Meski aku tak mahir memainkannya yang terpenting adalah dapat mengalahkan lawan”. Jawab Irfan Rifai saat diwawancarai panitia. Di sudut ujung lapangan terlihat dua orang sedang melakukan pemanasan, spt lari-lari kecil, lompat-lompat (macam betul aja). Demi meraih kemenangan, para pemain menampilkan permainan terbaiknya meski terkadang terlihat ada tawa-tawa kecil di bibir mereka. Bola terus melambung di udara walau dalam posisi out, bola masih saja tetap dipukul hingga bola benar-benar meninggalkan lapangan dengan jarang yg jauh.

Kemudian kemeriahan di lapangan sepak bola tetap dikuasai oleh kaum adam, beberapa ustad ikut bergabung dengan alumni. Keceriaan, dan kebahagian tampak jelas di wajah mereka, mengingat beberapa tahun silam sangat sulit untuk mencari lapangan sepak bola. Lapangan yang dulunya dipenuhi dengan rawa dan pohon sawit kini menjadi lapangan sepak bola yang luas dan datar lengkap dengan gawangnya. Sedangkan untuk kaum hawanya lebih memilih untuk mengobro-obral daripada mencari keringat, pusat obrolan mereka berada di bawah tenda meski sebagiannya berceceran di berbagai tempat, seperti masjid, di bawah pohon, di kantin, dan di pondok-pondok ahmadul yang berada di pinggir jalan raya. setelah memperhatikannya, ternyata si DIA belum nongol juga. (aduh)

Lain lagi dengan apa yang terjadi di dalam masjid ahmadul, seluruh kelas tiga tsanawiyah dikumpulkan dan diberikan arahan dan motivasi oleh alumni lulusan tahun 1999 (bg Amrul Hazari) asli Simonis. Mereka tampak serius mendengarkan materi yang diberikan oleh bg Amrul, diskusi ini bertemakan tentang kepribadian dan pembangunan karakter. Setelah beberapa jam, diskusi ini pun akhirnya ditutup dikarenakan waktu menunjukkan untuk mandi dan bersiap sholat magrib. begitu juga dengan para alumni sibuk mencari perlengkapan mandi. tapi tidak sedikit yang mengulang masa lalunya di ahmadul dengan cara meminjam perlengkapan alat mandi mulai dari sabun sampai handuk (mudah-mudahan tak ada eser-eser).

setelah sholat magrib, semua alumni dipersilakan makan di tempat biasa, (atas nama panitia, kami memohon maaf karena kurang memperhatikan lightingnya). makan malam itu pun terasa seru dan mengasyikkan. di sela-sela makan, banyak yang bertanya kepadaku tentang acara selanjutnya, aku menjawab dengan singkat acaranya hiburan seni antara santri/at dengan alumni ahmadul, kalau mau tau persisnya jangan pulang dulu, liat aja nanti pasti seru dan mencetarkan.
bersambung....

AGAK SERIUS (Lanjutan3)

Tak segan-segan sang surya menusuk-nusuk ubun para hadirin reuni akbar, wajah teman memerah akibat tamparan sadis matahari. Kondisi ini memaksa sebagian besar laki-laki membuka kancing baju paling atas dan berharap hembusan angin menyejukkan badannya. Meski panas, dan gerah, semangat para hadirin tidak luntur untuk mengikuti acara selanjutnya, mereka masih duduk ditempat yg disediakan dengan rapih sepertinya acara selanjutnya agak sedikit serius. Bangku-bangku yang disediakan sudah terisi penuh. Hal ini membuktikan kl acara siap dilaksanakan. (berangkaaaaat)

Di atas panggung terlihat tiga orang pemuda dalam posisi duduk. Pemuda yang duduk di tengah adalah pemandu acara diskusi publik atau biasa disebut dengan moderator. Namanya Ridwan Munthe alumni Ahmadul lulusan tahun 2007 (kl gk salah sewaktu kelas 1 aliyah ia bagian dari kismul amni), ia merupakan lulusan UIN Syarif hidayatullah Jakarta, sekarang ia menjabat sebagai ketua komunitas mahasiswa sumatera utara (KMSU) Jakarta. Kemudian, di samping kanannya dengan mengenakan peci hitam merupakan ketua kismul amni pada tahun 2005 (kala itu Ridwan Munthe menjadi anggotanya). Namanya adalah Ramahadin Damanik bin …….. Damanaik, sekarang ia sedang menjalani proses kuliah s2 di UIN sunan kalijaga Yogyakarta dan sedang menjabat ketua ikatan keluarga pelajar dan mahasiswa sumatera utara Yogyakarta. Kemudian di sebelah kiri dengan berbaju putih bergari-garis biru merupakan alumni ahmadul jariyah angkatan 1994, sekarang ia merupakan kepala bagian HUMAS di Kampus UNIMED, dan namanya adalah bg Tappil Rambe. Diskusi kali ini bertemakan “peluang dan tantangan alumni pondok pesantren”.

Kedua pemateri ini mampu menyihir perhatian semua peserta diskusi yang terdiri dari seluruh santri/at, alumnus dan para ustad. Terlihat jelas ketika bg Tappil Rambe (sub Tema: peluang dan tantangan di bidang masyarakat) memulai disikusi dalam posisi berdiri, semua pasangan mata audience tertuju padanya. Peserta kemudian larut dalam materi yang diberikan. (video menyusul) kemudian, microphone diberikan ke pemateri kedua dengan sub tema peluang dan tantangan di bidang akademik. Meski aku tidak mendengarkan semua bahasan-bahasannya, tapi aku melihat para peserta diskusi mendengarkannya dengan baik seakan-akan mereka lupa akan panasnya cuaca hari itu.

Setelah memberikan materi, peserta diberikan kesempatan emas untuk bertanya. Ustad qusoy memerintahkan ketua OPPAJ putra/I (Gunawan dan Nurul) untuk bertanya dan tidak bisa ditolak. Selain itu beberapa santri juga menanyakan berbagai hal seperti adek kecil kelas dua tsanawiyah menanyakan kiat-kiat untuk menjadi orang sukses, disambung dengan santri yg menanyakan kenangan manis dan pahit selama sekolah di Ahmadul Jariyah, hal ini tentunya mengundang tawa alumnus sebab kenangan di ahmadul tak kan pernah habis untuk diceritakan, dan yang paling menarik adalah perdebatan antara pemateri dengan ketua OPPAJ putra tentang kekerasan dan hak perlindungan anak.

Batas waktu yang diberikan panitia tidak dihiraukan lagi, itu dikarenakan banyaknya dukungan dan partisipasi dari setiap kalangan untuk mengikuti acara diskusi ini. Hingga pada pukul 15.15 diskusi baru kemudian ditutup oleh moderator. Kemudian, para santri bubar dan berlarian guna mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat Ashar berjamaah. Alumni yg masih duduk-duduk di bawah pohon memperhatikan tingkah-tingkah dari santri, satu diantara alumni mengambil microphone (menirukan gaya kismul amni) dan mengucapkan bi sur’ah ana ahsub hatta khomsah. Pastinya ia mengulang memori beberapa tahun yang lalu, atau bahkan ia mengulang memori dirinya sendiri yang harus berlari sekencang-kencangnya ketika mendengarkan kata-kata Arba’ah wa Khom…..
(kita tidak tahu. Hehehehe)
Bersambung

ADA KENANGAN (Lanjutan2)

Solatullah salamullah ala toha rosulillah,,, adalah sebuah lagu populer yang mengiringi acara salam-salaman antara alumnus dan ustadj/ah. Dimulai dari pojok kiri Ummi menyambut hangat tangan para alumni dengan senyumnya yang sangat  khas dari dulu. Satu persatu ia memperhatikan wajah para alumni yang dulunya merupakan pelanggan tetap setiap bulannya untuk membayar uang makan, SPP, dll. Tapi sayang, sekarang Ummi dan Buya tak mampu lagi menyambut tangan para alumni dengan posisi berdiri  dikarenakan faktor usia. (Saat ini Buya sudah berusia 76 tahun sedangkan Ummi berusia 66 tahun). Syair-syair itu semakin kencang diikuti oleh santri/at Ahmadul Jariyah, mengingat para alumni berbondong-bondong menanti giliran untuk dapat bersalaman dengan pimpinan yayasan dan para guru.  Banyak diantara guru yang hadir saat itu tidak asing bagiku (terutama 2 ustajah itu Aisyah, dan mursidah ditambah lagi dengan bendahara muda dan berbakat yaitu Sarah Novita, semuanya bermarga Rambe), dan tidak sedikit pula guru yang baru berlabuh dipesantren ini. Meski begitu, semuanya hanyut dalam suasana suka cita.

Setelah bersalaman, setiap angkatan alumni dipersilahkan untuk foto bersama rekan-rekannya (atas nama panitia, kami memohon maaf jika ada angkatan yang tidak dipanggil oleh panitia). Kegiatan ini akan dijadikan sebagai dokumentasi di ponpes Ahmadul. Perasaan senang tampak jelas di wajah alumnus, per angkatan pun sibuk mencari temannya untuk berfoto bersama kemudian mencari background sendiri. Berbagai gaya mereka tampilkan, mulai dari lompat kodok, menutupi muka temannya, istirahat di tempat, dan yang paling lajim adalah dua tanduk kelinci. Lebih jelasnya fotografer yang lebih tahu siapa diantara mereka yang tahu gaya dan tidak.

Waktu menunjukkan pukul 12.15 WIB, matahari berdiri tegak seakan-aka nia marah kepada alumnus yang belum memasuki masjid guna menunaikan salat zuhur berjamaah dengan adik-adik pesantren. Seperti biasa ayat-ayat suci diperdengarkan lebih dahulu sebelum azan dikumandangkan. Sekarang masjid itu sudah disulap. Lantainya berubah menjadi keramik putih bersih, sound system di dalam masjid juga sudah ada, tabir hijau itu pun sudah hilang digantikan dengan papan-papan beroda. Kemudian papan tulis yang berisikan nama-nama khatib setelah sholat lima waktu juga hilang. (usulan. Sebaiknya dipasang CCTV di depan masjid agar tidak adalagi pencurian sandal swallow.hehe).

Walaupun fisiknya berubah, goresan kenangan di masjid belum bisa kulupakan.  contohnya, Ketika itu temanku (namanya dirahasiakan) tidak bangkit-bangkit dari sujudnya dikarenakan ketiduran. Begitu juga dengan temanku yang lain ketika mengaji bersama sehabis solat subuh punggungnya dipukul dengan sajadah oleh bagian ibadah, itupun dikarenakan ketiduran. Memang ketiduran menjadi musuh nyata bagi bagian ibadah.

Setalah salat, semua golongan dipersilahkan untuk menyantap makan siang yang disediakan di tiga tempat. Para ustad dipersilahkan terlebih dahulu kemudian disusul alumnus. Pihak pesantren menyediakan menu yang baik untuk masa pertumbuhan. Menunya adalah daging lembu, sayuran dan ikan asin. Tidak segan-segan sebagian dari alumni bolak balik ke meja makan untuk menambah makanannya. Di sisi kanan dan kiri adalah pemandangan yang paling indah, dengan disipilin tanpa komando para santri/at mengantri panjang lengkap dengan piring, sendok dan cangkirnya, sesekali mereka memukul-mukul piringnya sehingga mengundang tawa kepada alumni yang menyaksikan kejadian tersebut. Aku pun lalu mengingat-ingat nomor piringku dulu, ternyata aku tak mampu, yang ada dibenakku hanyalah piring yang bernomor 501 (itu adalah milik teman se asramaku Ahamd Rivai Naibaho, semoga piring itu masih ada).

Namun hal yang menarik bagiku adalah ketika sebagian dari alumni mengobrol asyik dengan lawan jenis dan mereka pun saling tukar nomor HP. Dalam pandanganku tidak sedikit alumni yang melakukan hal ini ketika makan siang. Sementara Pandanganku semakin liar mencari wanita yang kutunggu, aku mulai tak bersemangat, sebab sampai siang itu aku belum menemukannya, bahkan bau-baunya juga belum tercium…
(bersambung)

WELCOME ALUMNUS (Lanjutan1)

Pembukaan acara reuni dimulai dengan atraksi hebat dari para pendekar santri ahmadul. dengan apik mereka menampilkan seni bela diri Taekondo. diiringi dengan musik yg khas, semua mata penonton tertuju kepada mereka, setiap sudut pesantren tampak dukungan dari santri memuji penampilan mereka. menurut informasi, mereka mempersiapkannya dalam dua hari, meski begitu penampilan mereka disambut meriah oleh para pemirsa, terlebih pada Buya, Ummi, Mudir, Ustad dan Ustajah. begitu juga dengan para alumni serentak berdiri dan tersanjung ketika para pendekar menampilkan satu persatu huruf WELCOME ALUMNUS (video menyusul). sambutan yang mengejutkan itu mencairkan suasana acara pembukaan reuni akbar.

Pembukaan reuni akbar secara formal dimulai dengan pembacaan ayat suci alquran. Muhammad Faisal (nama facebooknya Dg'fains Isal) menjadi qori pada acara tersebut, kemudian dilanjutkan doa yang dilantunkan oleh ustad Yunan, berikutnya disambung dengan Hymne Ahmadul Jariyah (all audience diminta berdiri, mataku tertuju pada Ridwan Pohan, dengan menutup mata, kepala menunduk, diam-diam ia mengikuti syair-syair Ahmadul Jariyah). Kemudian dilanjutkan dengan kata-kata sambutan. dimulai dengan kata sambutan dari ketua panitia, saya pun maju menuju podium (dari atas podium, aku melihat beberapa alumni senior (sprti angkatan bg Raffi Ahmad Tanjung) memasuki lapangan, hal ini tentunya membuat aku bersemangat memberi sambutan, meski diantara mereka ada yg pernah menghukumku dikarenakan aku lupa b.inggris BENJOL). Selanjutnya sambutan dari alumni (bg Tampil Rambe angkatan 94, sekarang ia menjadi kepala bagian HUMAS di UNIMED), dalam sambutanya, dengan suara yg lantang ia mengatakan bahwa "ia malu karena alumni datang dengan tangan kosong, ini menjadi PR kita bersama untuk reuni akbar ke depan".

sambutan dari ustad Qusoy Lubis menyarankan kepada alumni agar tetap menjaga akhlak sebagai alumnus pesantren. lalu, Mudir mengatakan dalam sambutannya bahwa dalam catatannya alumnus ahmadul jariyah sudah mencapai kurang lebih 1000 orang. setelah memberi sambutan, mudir menuju beduk yg disediakan panitia untuk membuka acara reuni akbar dengan resmi. pada kesempatan ini, dengan bantuan beberapa ustad, Buya bersama Ummi diantarkan ketempat yg ditentukan. sebelum memukul beduk, terdengar jelas Buya mengatakan "potuk sajo ma sungini". akhirnya beduk dipukul secara bergantian oleh buya dan ummi menandakan acara reuni siap dimulai.

acara selanjutnya yaitu ulang tahun Ahmadul Jariyah yg ke-25, kali ini ustajah Tialam yang memberikan kata sambutan (ustajah yg sampai saat ini masih mengajar di Ahmadul dimulai dari pertama kali pesantren dibangun). dengan sangat emosional ustajah Tialam menceritakan kondisi pesantren 20 tahun tahun yg lalu. acara tersebut dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. tumpeng pertama diberikan ummi kepada ustajah Tialam, suasana saat itu saat mengharukan dan sangat menyentuh ketika ustajah tialam memeluk erat tubuh Ummi sambil mengeluarkan air mata. ka Leli, ka Samsiati (angkatan kedua Ahmadul Jariyah) juga ikut menangis saat memeluk Ummi. kemudian dilanjutkan dengan salam-salaman antara alumni dengan Buya, Ummi, Mudir, dan Ustd/ah. tentunya bersalaman dengan para punggawa pesantren mengulang banyak memori di benak kita. (bersambung)

KURSI KOSONG


Hari acara reuni akbar yang ditentukan panitia telah tiba, aku bersama Tesen siregar segera menju ponpes ahmadul jariyah. sesampai digerbang ahmadul kami disambut dengan spanduk yang bertengger di atas pohon dengan ucapan selamat datang alumni. kami berdua langsung menuju meja tamu, senyum lebar panitia menyambut kedatangan kami, (ternyata Tesen geer, dia kira senyuman itu ditujukan padanya). panitia penyambut tamu sangat bersahabat, ramah, dam menuntun kami apa yg harus kami lakukan. pertama, kami mengisi formulir sebagai pendataan Alumni. kedua, kami diberikan sebuah pin yang bergambarkan pimpinan ponpes yaitu buya dan ummi yang kita kenal. ketiga, kami dianjurkan untuk mengisi kotak donasi yang disiapkan di meja tamu (maaf ya panitia kami tak mengisinya. hehe). terakhir, kami menulis pesan untuk kemajuan ponpes, kemajuan alumni dan ditempelkan di papan tulis tersebut.

Tak lama kemudian, seorang pemuda dengan sepeda motornya berhenti tepat didepanku. tinggi, besar, namun ia masih menyimpan wajahnya di balik helmnya. kami pun tak penasaran dan langsung buang muka, melihat kejadian itu, dan merasa dicuekin pemuda tersebut langsung buka helm dan memanggil nama kami dengan senyum lebar lalu mendekati dan langsung memukul saudara tesen, ternyata pemuda itu adalah Ramahadin Damanik, aku pun langsung memukul nya begitu juga sebaliknya (adalah sebuah kebiasaan angkatan alumni 06, pukul memukul ketika bertemu, setelah itu baru ketawa terbahak-bahak sampai muntah).

setelah melepas kerinduan, kami masuk kedalam pesantren, kiri kanan kulihat sdah banyak yg berubah, melihat masjid yg berubah, teringat kembali satu memori tentang aku kehilangan sendal swallow sehabis sholat, kesebelah kiri teringat kembali tentang aku yang di hukum pagi pagi menghadap asrama papan santirat. sampai di lapangan kami menyalami semua ustad dan ustajah yang dikelilingi para santri/at ahmadul, terpancar cahaya semangat di wajah mereka. kami pun menikmati hiburan nasyid yg masih eksis di ahmadul. setengah jam kami menikmatinya, tiba-tiba ustad Juhri menanyakan kepada saya dimana alumni yg lain syid, ko belum datang. aku langsung menjawab para alumni masih dijalan menuju kesini tad. serentak kami bertiga mengambil HP masing-masing dan menanyakan kembali keberadaan alumni yg lain, jawabannya berbeda-beda ada yg menjawab, masih dijalan, baru mau mandi, baru bangun, bahkan masih ada yg bingung acaranya dimana.

dengan alasan lapar kami bertiga mencari warung, kami pun ngbrol-ngbrol sampai tak enak, kami kembali masuk ke ahmadul. sampai dipesntren, kami terjekut, ternyata belum ada alumni yg datang. rasa gelisah terus menghantui kami, tiba-tiba MC nasyid mengatakan al mugonnial bakdah ila akhinas sogir tesen siregar wa ramahadin (lumayan ada hiburan). awalnya mereka menolak, MC terus-terusan memanggil nama mereka, ditambah sorakan dari santri/at membuat mereka tak nyaman. dengan PD ramahadin naik (meski ia tahu bagaimana kualitas suaranya). alhasil sorakan dari santri/at tak berhenti mengiringi lagu yg dibawakan mereka dengan jdul jilbab putih.


waktu menunjukkan jam 09.00. aku langsung ke rumah buya dan menghadap mudir dan meminta agar acara pembukaan reuni diundur sampai jam 10.00. ternyata bg Tampil rambe ada diantara mudir, buya dan ummi (angkatan 94 datang lebih awal, sampai di kotapinang pada pkul 12.00 mlam hari). setelah mendapat ijin, aku pun meningglkan forum tersebut. tepat pukul 10.00, acara pembukaan pun dimulai, alhamduillah alumni dari berbagai angkatan sudah mulai mengisi kursi-kursi yang kosong, dan acara pembukaan pun dimulai. Bersambung.........

Wednesday 1 October 2014

#Catatankeciltouringkesibolga

CUKUP SEKIAN

Rasanya tak seimbang, perjalanan yang panjang harus diobati dengan istirahat yang singkat. Badan dan pikiran tak serasi. Tapi apa boleh buat, pagi itu juga harus bangun dan merapihkan tikar-tikar yang masih terbentang mengingat pemilik warung mulai mengusir meski dengan cara yang sopan. Tak banyak tanya, kaki dan tangan berebut bangkit dari alas tipis yang basah akibat gerimis sepanjang malam. Tawa renyah dari teman-teman menyambutku manis, satu persatu aku memperhatikan wajah-wajah lelah dan kurang tidur. Namun ada satu wajah hilang dari pandanganku, yaitu wajah Sampulan. Menurut informasi hampir satu jam ia mecari tempat yang siap menampung hajatnya. Rasa dingin masih menempel ketat di sekujur tubuh, tapi kehangatan begitu cepat datangnya seiring cahaya mentari memeluk erat seluruh tubuh, sambil membayangkan senyum wanita ceria disana rasanya sangat cukup untuk menghangatkan pagi di hari Jumat itu.

Tak ada persiapan yang matang untuk tujuan selanjutnya, tuntutan mengisi perut lebih penting dari pada memakai kaos kaki terlebih dahulu. Akhirnya, kami meninggalkan pantai asamara itu dan beberapa duri ikan tadi malam. Sesampainya di warung lontong sederhana, pemilik warung terkejut. Mungkin karena wajah-wajah kami yang begitu seramnya. Namun ia tetap berusaha melayani keinginan kami dengan baik dan bercerita bahwa sebelumnya ada pengunjung datang dari kota tetangga Kotapinang yaitu kota Rantau Prapat dengan massa yang lebih banyak. Kami pun serentak menjawab ooooooooo. Hidangan yang datang satu persatu langsung dimakan bertubi-tubi. Tak ada kata serempak dan seragam dalam hal makanan, terkecuali dalam hal pembayaran.

Begitulah yang terjadi selama dalam perjalanan, mudah-mudahan tidak ada pertentangan diantara kami. Ketika perut telah terisi maka wajah pun mulai berseri dan kata-kata pun cepat dimengerti. Matahari perlahan menjulang tinggi. Perjalanan menuju puncak GM siap diberangkatkan. Kali ini, perjalanan menuju puncak GM dipandu oleh Irpan yang mengaku telah sering mengunjungi tempat tersebut. Seperti apakah tempatnya, kebanyakan dari teman-teman termasuk saya belum mengenalnya. Yang bisa dilakukan adalah mengikuti arah beliau dari belakang, dan berharap tempat yang dituju merupakan tempat yang mengasikkan.

Setelah melewati kota Sibolga, ada tugu kecil berdiri tegak di tengah tiga arah jalan. Irpan selaku pemandu jalan mengambil arah jalan ke kanan dan kami pun mengikutinya. Sepanjang jalan, tidak banyak kegiatan masyarakat sekitar, yang bisa dinikmati hanya gedung-gedung yang tersusun rapih serta panorama alam yang memesona. Memasuki jalanan berliku teman-teman mengurangi laju kendaraanya mengingat medan yang belum pernah dilalui. Hanya beberapa belokan saja, kemudian teman-teman berhenti dan serentak mengeluarkan HP dan kamera. Dari tempat ini, luasnya lautan kota Sibolga tampak jelas. Cocok sekali untuk menyegarkan mata dan pikiran yang lagi mumet.

Di samping kiri jalan tumbuh pohon-pohon besar nan tinggi, di sebelah kanan terdapat tulisan-tulisan penanda pengelola hutan tersebut, dan air terjun yang memikat. Selanjutnya ada terowongon pendek dan unik yang terbuat dari bebatuan. Mungkin saja terowongan tersebut adalah terowongan buatan. Setelah melewatinya. Beberapa orang berdiri tegak di pinggir jalan dengan memakai seragam coklat (Kemudian disebut oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan Polisi) menghambat perjalanan kami. karena ketidaklengkapan kami sebagai pengendara kendaraan, kami pun dibawa kedalam pos yang tidak jauh dari pandangan. Perdebatan kecil antar polisi dan pengendara terjadi sekiar 20 menit. Akhirnya kami dipersilahkan melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di puncak GM, pengunjungnya tidak seramai yang saya bayangkan. Saat itu kami menjadi pengunjung tercepat. Tidak ada seorangpun kecuali kami. Dengan ini kami leluasa menikmati tempat bersejarah itu. Tempat dimana perjuangan masyarakat Tapanuli Tengah melawan penjajah negeri tercatat dan terdokumentasi dengan lengkap. Mulai dari staregi perang hingga mendapatkan kemerdekaan seutuhnya dari tangan penjajah. Tempatnya tidak begitu besar, namun mampu membangkitkan jiwa nasionalis. Karikatur perjuangan yang dilukis disepanjang dinding juga mampu membangkitkan jiwa patriotis, serta patung-patung pejuang yang menjulang ke atas membangkitkan jiwa kritis.

Waktu tak pernah berhenti, kami memutuskan untuk pulang ke kota asal. Namun tak lengkap rasanya jika tidak sempat menikmati pantai Pandan yang terkenal itu. Semua teman-teman setuju untuk menginjakkan kakinya di pantai tersebut. Tanpa komando teman-teman menuju kendaraanya masing-masing dan berharap agar tidak dihambat oleh polisi lagi di tengah perjalanan. Memasuki pantai Pandan, sinar terik matahari menyambut kedatangan pria-pria Langga Payung ini. Orang-orang terlelap dengan sentuhan angin pantai tersebut. Aku dan teman-teman terus beriringan. Bersama-sama mencoba menghilangkan rasa lelah di badan dan rasa kacau dalam pikiran.

Banyak hal yang memikat di pantai tersebut, mulai dari souvenir unik, sampai permainan di tengah laut seperti banana boat. Pemilik boat menawarkan kami untuk ikut jalan-jalan menuju pantai Mursala. Menurut gosip yang beredar, pantai tersebut menawarkan keindahan luar biasa. Keunikannya adalah sebuah airt terjun yang langsung mengalir melebur ke dasar air laut. Air terjun seperti ini sangat langka didapatkan di Dunia dan sangat cocok untuk dikunjungi. Namun, karena ketiadaan dana, kami pun mengalah dan mundur selangkah.

Tak seharusnya pantai Pandan ini cepat ditinggalkan, masih banyak rasa yang belum dijamah. Namun waktu berkata lain, angin pantai seketika marah ketika kami memutuskan untuk meninggalkannya. Sebelum beranjak pergi, kegiatan mencari souvenir untuk orang-orang terindah menjadi pilihan yang tepat. Dan seperti biasanya, memilih sesuatu kepada de special one sangat sulit untuk ditentukan. Setelah mendapatkannya, kami pun resmi meninggalkan  kota Pandan.

Singgah sebentar di rumah makan, dilanjutkan menuju tempat pemandian, akhirnya sampai Magrib di kota Sidempuan dan makan malam di tempat yang sama 2 hari yang lalu, dan Alhamdulillah mendapat diskon sebesar dua puluh satu ribu rupiah. Sempat juga berhenti di daerah Nabundong karena salah satu kendaraan teman mengalami kebocoran ban, dan Alhamdulillah sampai di rumah sekitar pukul 02.00 WIB pagi.

(anak ikan makan terasi, sekian dan terimakasih).

#maribercerita  

Monday 25 August 2014

#catatankeciltouringkesibolga

BARUS + PANTAI KEDAITIGA + PANTAI KAHONA

Dingin memang dingin, niat untuk mandi sempat tertunda akibatnya, namun bau badan yang menempal dari tadi malam terus mengganggu gerak tubuh. Kini giliranku tiba setelah mengantri yang cukup lama, dengan bebarapa alat mandi yang terbatas aku pun bergegas memasuki kamar mandi tersebut. Setelah mandi, badan pun terasa enteng. Mungkin karena airnya langsung terjun dari pegunungan atau mungkin saja karena daki yang menempel di badan sudah hilang.

Waktu menunjukkan setengah delapan pagi, hujan gerimis di luar rumah terus menghalangi perjalanan kami, rasa kecewa pasti ada, sepertinya kota sibolga enggan dinikmati oleh kami. Yang bisa dilakukan adalah duduk manis di dalam rumah sambil mendengarkan cerita menarik dari sang tuan rumah. Sang tuan rumah, dalam hal memehuhi kebutuhan sehari-hari anak dan isteri, ia harus melakukan perjalanan sekitar 6 jam perjalanan menuju tempat dimana ia berbisnis. Karena sudah menjadi kebiasaan sehingga ia merasa bahwa perjalanan selama itu dianggap enteng. Badannya tegap namun tidak terlalu tinggi, sambil mengisap rokok favoritnya ia menyambung ceritan tentang keramahaan lingkungan sekitar. Masyarakat setempat sangatlah ramah dan terbuka. Masyarkatnya penuh sapa dan canda, tak suka mengusik apalagi merusak. Kemudian, masalah keamanan tak perlu diragukan lagi, buktinya kendaraan kami yang terparkir di halaman rumah sangatlah terjaga.

Gerimis masih saja mengguyur, namun kali ini ia tidak bisa menghalangi rasa lapar kami. Atas petunjuk tuan rumah, kami pun bergegas menuju warung tersebut. Warungnya sederhana, tak banyak pilihan jenis makanan yang tertata di atas meja. Hanya ada satu jenis yaitu Lontong. Jelas saja makanan ini tidak asing bagi kami, dan pastinya dapat mengisi ruang perut yang kosong. Warga sekitar berbondonng-bondong dan rela mengantri bersama kami guna mencicipi masakan lontong sang pemilik warung. Harganya ya sedang-sedang saja. Sekitar Rp60.000 untuk 7 orang, tanpa diskon.

Gerimis berhenti, waktunya untuk pergi, tujuan wisata pertama adalah kota Barus, seperti apakah Barus itu, tanya dalam hati. Rasa penasaran dalam hati menyemangati perjalanan ini. Menurut informasi yang diberikan oleh tuan rumah bahwa menuju kota tersebut memakan waktu sekitar satu jam tigapuluh menit. Setelah meminta izin, kami pun berangkat. Sepanjang jalan ada beberapa hal yang menarik, terutama lampu jalanan yang terbuat dari bambu yang didirikan oleh masyarakat sekitar, bambu itu dihiasi lampu-lampu kecil yang membentuk lingkaran. Pastinya ini sangat membantu untuk para pengguna jalan di malam hari.

Sempat berhenti sejenak, gara-gara hujan deras. Perjalanan kemudian dilanjutkan melalui tengah kota Sibolga, kotanya kecil tapi bersih. Banyak sekali tugu yang menghiasi kota tersebut, tugu ikan mislanya. Tugu lainnya bertuliskan “SAIYO SAKATO” merupakan motto kehidupan bersama di Kota sibolga. Aku melihat teman-teman menikmati perjalanan di pagi cerah itu, beberapa orang mengabadikan kejadian unik sepanjang jalan. Kondisi jalan beraspal mulus, rumah-rumah warga begitu padat. Di sebelah kiri terdapat pantai-pantai kecil dan persawahan padi.

Perjalanan menuju barus tidak semulus yang kami bayangkan, kami berhenti tiba-tiba ketika dua orang pemuda lawan jenis jatuh dari kendaraannya dan masuk ke dalam parit. Warga sekitar mengenal kedua pemuda tersebut dan melarikannya untuk mendapatakn perobatan. Seketika itu pula hujan lagi-lagi mengguyur tanah bumi pertiwi. Untung saja di sebelahnya terdapat warung yang cukup luas untuk menampung kami. Tak sabar menunggu, akhirnya kami pun terus melanjutkan perjalanan. Semuanya basah kuyup terkecuali rambut yang tertutup oleh helm. Perjalanan semakin asyik ketika kami sadar bahwa kami kesasar sejauh satu kilometer.
Sesampainya di tempat. Hujan tetap mengikuti. Ternyata barus adalah tempat pemakaman seorang ulama yang berjasa dalam menyebarkan ajaran agama islam di tanah sumatera. Uniknya untuk mencapai makam tersebut pengunjung harus mendaki hampir satu KM ke atas puncak melalui hampir seribu anak tangga. Setelah membayar yang disebut dengan tiket masuk sebesar dua ribu rupiah per orang, dan kami pun mendaki. Ribuan pengunjung saat itu bersemangat untuk mencapai makam tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah kalangan orang tua, tapi tidak sedikit juga anak muda dan anak-anak bahkan ada juga seorang kakek yang harus dituntun naik keatas.

Memang tidak gampang naik ke atas, ditambah lagi gerimis membuat para pengunjung melepas alas kakinya dan beristrahat ditengah jalan guna mengumpulkan energy dan mengatur nafas. Aku mencoba menghitung anak tangga, tapi sayangnya aku lupa karena kurang fokus, begitu juga dengan teman yang di sampingku. Seorang anak kecil dengan semangat mendahuluiku, akupun mengejarnya dan ternnyata aku tertinggal jauh. Aku pun berhenti dan menemui teman-teman rombongan yang menunggu kedatangan kami. Singkat cerita, akhirnya aku dan teman-teman sampai di makam tersebut.

Orang sekitar mengambil tindakna layaknya penziarah, meski gerimis mereka tetap khusu’ membacakan surah yasin beserta doa-doanya. Begitu padat dan ramai pengunjung diatas, aku pun menyempatkan diri untuk mencari tahu informasi lebih jauh tentang keberadaan makam tersebut. Setelah bertanya ke salah satu pengunjung yang mengaku sudah dua kali berziarah kesini. Aku mendapatkan sedikit kesimpulan, yakni ada tiga hal yang unik atau bisa dikatakan ajaib. Pertama adalah ukuran panjang makam. Katanya “jika kita mengukur makam tersebut, kemudian diukur oleh teman kita, maka hasil ukuran makam tersebut tidak akan sama, misalnya si A mendapat hasil 7 meter sedangkan si B mendapat hasil 8 meter”   (pada saat itu, aku dan teman2 tidak melakukan itu). Kedua adalah tali yang diikat di pohon. Katanya lagi “tali yang diikat di pohon ini artinya adalah ketika permintaan/doa kita telah dikabulkan, kita berjanji akan datang kesini dan menjemput tali ini kembali”. Ketiga adalah sumur. Katanya “ada 2 buah sumur kecil berada di sekitar makam tidak pernah kering, namun sekarang sumurnya sudah kering, ia juga tidak tahu apa penyebabnya”. 

Sebelum meninggalkan makam, aku dan teman-teman menyempatkan berdoa sejenak di depan makam tersebut. Kemudian, mengabadikan momen-momen penting di sekitar makam. Sebab, dari puncak ini akan terlihat pemandangan kota sibolga nan indah. Laut biru yang terbentang menyejukkan hati, hamparan padi menenangkan pikiran, serta pepohonan pegunungan menghilangkan semua lelah di badan. Sesampai di bawah, ternyat ada kegaduhan sedikit antar pemilik proyek parker dan proyek tike masuk, tapi sayangnya kami tidak mengerti betul bahasa mereka dan meninggalkannya.

Hari mulai cerah, lembab di badan mulai meleleh. Tempat wisata selanjutnya adalah pantai kedai tiga, tak jauh dari makam tersebut.  Angin pantai langsung menyambut kedatangan kami. Teman-teman kemudian berlari menghampiri pinggir pantai, begitu banyak ekpresi yang terjadi, sedangkan aku memilih untuk berteriak sekencang-kencangnya, melepaskan kerinduanku terhadap suara ombak dan hangatnya sentuhan angin pantai.  Senang, gembira, itulah yang kami rasakan bersama, tiga diantara kami langsung mencelupkan badannya ke dalam asinnya laut, yg lain asyik berfoto, dan aku sendiri duduk menyendiri di atas perahu yang terdampar di pinggir pantai. Perlahan lahan angin pantai menyentuh lembut wajah ku, terus menerus ia melakukannya sampai pada bagian yang terkecil, hingga badanku terasa berat akibat pelukannya yang erat. Seakan ia tahu banyak hal tentang masalah apa yang sedang aku hadapi, lalu ia membujukku untuk bercerita. Dengan malu aku mengamini permintaannya, sebagai pendengar ia melakukannya dengan tenang sampai akhir cerita. Sebagai penutup aku berbisik tentang perasaanku kepada seseorang dan memohon agar menyampaikannya tanpa mengurangi dan menambahi satu huruf pun, sebab aku tahu ia adalah makhluk tuhan yang Jujur dan Amanah. Mendengar permintaanku, ia pun pergi dengan pesan yang kutitipkan, kami pun meninggalkan pantai kedai tiga.


Pastinya pantai ini akan menjadi tempat yang selalu dirindukan. Terdengar suara adzan magrib kami pun beristirahat sebentar. Kemudian berdiskusi mengenai tempat penginapan malam hari nanti. Kebanyakan dari teman-teman memilih untuk tidur di pinggir pantai. Sesampainya di pantai yang disepakati yaitu pantai Kahona, seorang ibu menawarkan tikar sebagai alas tidur seharga 30.000 ribu/buah, lalu menawarkan makan ikan bakar dengan harga seratus ribu /kilo. Lagi-lagi kami berdiskusi, dan akhirnya kami pun memesannya. Sambil menunggu di atas tikar yang baru saja disewa, kebanyakan dari teman-teman mengambil posisi tidur, namun tidak lama curah hujan memaksa kami untuk bangun guna menghindar darinya. Curah hujan begitu deras, ia tak segan mencium baju serta celana yang bertengger di badan. Namun, semua itu dihiraukan ketika ikan bakar terhidang di depan kami. Tak pikir panjang makhluk malang itu langsung dicubiti oleh penggemarnya. Ajeeeeeb, kata yang pas untuk mewakili semua rasa ikan tersebut atau biasa disebut maknyos bre. Sehabis makan, tidur menjadi pilihan utama. Posisi berbaris menyamping dan berhimpitan tak terelakkan lagi, gerimis tak mau berhenti, Semua teman pasrah diri, menyambut sang mentari esok hari. 

Tuesday 5 August 2014

#catatankeciltouringkesibolga



HATI-HATI YA

Perjalanan menuju Sibolga sebelumnya terencana oleh beberapa orang saja, namun seiring waktu berjalan sampailah informasi ini ke beberapa orang, dan ternyata kegiatan touring ini disambut baik oleh banyak orang meski mereka berasal dari kampung lain. Pertanyaan “kapan berangkat” menjadi hantu bagi saya tersendiri. Wajar, sebab kegiatan ini tercetus oleh saya sendiri mulanya. Beberapa orang memberi usul agar berangkat di Lebaran H + 3, bahkan perdebatan tentang hari dan pukul merupakan poin yang sulit untuk diputuskan. Akhirnya meski dengan sedikit keraguan, waktu keberangkatan menuju Kota Sibolga diputuskan pada pukul 15.00 WIB. Peralatan dan kendaraan menjadi perhatian yang terpenting, mengingat perjalan menuju lokasi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Oh ya satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah isi dompet juga harus dipertebal. Hehehe, dan yang paling penting adalah meminta izin kepada orang tua, kerabat, sobat, yang tersayang, kalau perlu sama pak kepala desa juga boleh, dll. Dalam hal meminta izin pasti ada pesan singkat yang diucapkan, seperti kata “HATI-HATI YA”, kedengarannya kata-kata ini sudah lumrah diucapkan atau biasa saja, tapi jika kata-kata itu datang dari seseorang yg spesial maknanya langsung berubah menjadi doa yang kuat dan penyemangat hati dalam perjalanan hingga kembali pulang. Setelah meminta izin, saya dan teman-teman siap berangkat. Hari yang cerah dan bersahabat, tepat pada pukul 16.00 WIB, diawali dengan do’a kami pun berangkat.

Berikut adalah teman-teman yang berangkat saat itu, yaitu: Asrul, Ridho, Wahbi, Lukman, Rijal, Bakti, Arul, Faisal, Sampulan, dan empat orang lagi yang sudah menunggu Di Kota Padang Sidimpuan Yaitu: Irpan, Julpan, Budi, Dan Akhir (semuanya bukanlah peremepuan). Seperti biasanya dalam perjalanan, satu sama lain saling memperhatikan demi keselamatan. Pemberhentian pertama terjadi di SPBU Ojolali untuk mengisi beberapa liter bensin. Kemudian dilanjutkan setelah menunggu 2 org teman yang datang dari kamar mandi umum. Hari itu adalah hari rabu, kendaraan silih berganti tiada habisnya, bermacam jenis kendaraan berlimpah ruah memadati kota padang lawas utara tersebut (Paluta), untung saja kondisi jalan begitu rapih dan mulus. Sedikit kemacetan terjadi di kota Gunungtua tak membuat kerut di wajah mereka. Contohnya, Bakti (paling muda) yang berada di belakang saya selalu menebar senyum. Perjalanan terus dilanjutkan beberapa orang mengeluarkan kameranya untuk mengabadikan momen-momen yg unik dalam perjalanan. Memasuki jalan berliku dan sempit yang disebut dengan Nabundong para driver menurunkan laju kendaraannya, sampailah pada suatu tempat, bisa disebut dengan puncak, kami pun berhenti sejenak untuk berfoto-foto, bagi anda yang melewati tempat ini jangan sesekali melawatkan momen ini, sebab pemandangan yang dikelilingi oleh pepohonan dan gunung menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Berbagai gaya sudah diabadikan, kemudian perjalannan dilanjutkan menuju kota Sidimpuan. Lapar dan haus mulai menyelimuti, akhirnya kami pun berhenti di Rumah Makan Batu Nadua Indah. Menurut informasi tempat ini memiliki makanan yang khas, ternyata itu betul, banyak sekali pengunjung yang mampir ketempat ini, sehingga kami tidak mendapatkan kesempatan untuk menyantap makanannya, akhirnya kami berinisiatif meraba rumah makan yg lain, tepat di samping tugu di tengah kota sidimpuan, namanya RM Himalaya baru. Jelas saja makanannya tidak asing di lidah, sebab masyarakat kota sidimpuan mayoritasnya adalah warga mandailing begitu juga dengan kami. tapi kali ini makanan yang ditawarkan begitu menggairahkan. Teman-teman juga tak segan meminta tambah hingga perut sampai tegang. Satu porsinya berkisar 20.000 (jika dirupiahkan).

Waktu menunjukkan setengah delapan malam, perjalanan nampaknya masih jauh, karna tak seorang pun diantara kami yang tahu pasti jarak tempuh antara sidimpuan dan sibolga. Melewati tugu perbatasan kota sidimpuan, jalanannya begitu sempit dan berliku. Sesekali harus menginjak rem tiba-tiba guna menghindar dari lobang jalanan yang bertebaran merajalela. Malam itu cukup padat dan ramai. Aku sangat menikmati cuaca malam itu meski tulang punggung mulai tegang. Cuacanya tidak begitu dingin, suara aliran sungai menyambut kedatangan kami dan semuanya terlihat alami. Disekitar aku memperhatikan motor (roda dua) yang berjalan perlahan-lahan tepat di depanku, ternyata mereka adalah keluarga, anak yang paling besar duduk didepan sang ayah, sedangkan anak yg paling kecil, sepertinya masih kecil tertidur terlelap dipangkuan ibunya. Kejadian ini persis pernah telah terjadi pada masa-masa kecilku, ketika itu kami harus menaiki satu motor berisikan tiga sampai empat orang agar sampai ke kebun, begitu juga ketika mengunjungi sang nenek pada saat lebaran. Oh kenangan.

Berhenti sejenak di Batang Toru, kami menyempatkan untuk bertanya kepada warga setempat, ternyata kami harus memakan sekitar dua jam lagi agar sampai ke Sibolga. Raut wajah teman-teman mulai berkerut terkecuali pemuda yang mungil itu (bakti), konsisten tersenyum dalam keadaan apapun. Kali ini aku menjadi pengemudi, hampir satu kilometer perjalanan tiba-tiba saja hujan turun, kami pun berteduh di salah satu rumah warga. Tentunya baju dan celana basah. Tissue yang kuberikan kepada teman-teman disambut senyum dan tawa, mereka sangat menngenalinya, sebab tissue itu diambil dari rumah makan di sidimpuan tanpa izin. Canda tawa menjadi penghangat malam itu. Tiba-tiba saja penghuni rumah menawari kami semua makan ke dalam rumah. Tak ada jawaban dari kami mungkin saja sebuah keajaiban, dan kami pun melanjutkan perjalanan.

Semakin jauh, mata mengantuk, badan letih, bibir pecah-pecah, kaki gatal-gatal dan jalanan mulai hening, teman-teman menurunkan laju kendaraannya, hingga kami tiba di suatu tempat yang begitu ramai, Orang-orang sekitar bersuka ria di jalanan, keramaian terjadi bukan karena adanya kecelakaan atau pencurian, juga karena bukan adanya kebakaran, tapi dikarenakan sebuah kebiasaan masyarakat setempat dan pengunjung untuk menghabiskan malamnya di pinggir pantai. Mendengar dentuman suara ombak pantai rasanya melegakan. Empat orang yang telah tiba duluan di sibolga mendatangi persinggahan kami. senyum dan tawa menyambut kedatangan mereka. Akhirnya kami pun dibawa ke sebuah rumah untuk beristirahat.

Rumahnya cukup luas. Empat belas orang memenuhi ruangan tengah. Dengan keterbatasan tuan rumah pun menyediakan kami beberapa alas tidur dan kain sarung. Semuanya merebahkan ke atas tikar yang disediakan, satu persatu diantara kami mulai menutup kedua bola matanya. Aku dan teman-teman yang masih melek merencakan tujuan touring esok harinya. Diskusi kecil itu menghasilkan keputusan bahwa tujuan esok harinya adalah daerah Barus. Setelah berdiskusi, niat hati untuk menikmati indahnya malam pantai Pandan, namun sayang tubuh lemah mengalahkan semua ide. Akhirnya kelopak mataku menutup cerita malam itu.

(bersambung)

Tuesday 4 February 2014


PENGHUJUNG

Malam yang terang, dan begitu tenang, waktu yang tepat untuk mengenang dosa-dosa masa lalu, mengingat kejadian kemaren, memikirkan kedua orangtua yang jauh disana, merelakan kepergian kekasih yang baru lari kawin sampe Surabaya. Namun, bukan waktunya untuk itu, malam ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memperbaiki revisian skripsi yang kucuekkan beberapa hari ini akibat adanya proyek kecil-kecilan sebagai modal ngeprint skripsi. Duduk sendirian di depan Komputer, tak ada pilihan musik selain musik qosidah, untung saja aku lulusan pondok pesantren 5 tahun lalu, sehingga tidak asing lagi mendengarnya. Masih jelas dalam ingatanku lagu ini “sepohon kayu……” kunyanyikan di depan ratusan siswa saat muhadoroh pada malam minggu. Tidak banyak yang meneriakkan kata “turun”, tapi setengah audience hampir meneriakkannya.

Ingatan ini membangkitkan semangat ku membuka kembali skripsi yang berwarna kuning itu. Coretan dosen tersebut menyaingi tulisan seorang dokter, ditambah lagi tanda panah yang berceceran di setiap halaman, tiba2 tanda panah pada halaman 121, ada 3 arah mataangin, yang pertama mengarah ke halaman sebelumnya, yang kedua mengarah ke atas, dan yang ketiga mengarah ke bawah dan diberi tanda silang di depannya. Sungguh carut marut, tapi Satu persatu harus diselesaikan mala mini juga, meski mata mulai memerah dan berair, tapi tak mampu membendung niat untuk menyelesaikannya. mengingat dosen pembimbing akan berangkat esok hari ke Semarang dari kampus sekitar pukul delapan pagi.

Kumandang azan subuh terdengar lepas. Sahut menyahut antar masjid satu ke masjid lain. Namun teman-teman yang masih tidur keliatannya sombong sekali tak menghiraukan panggilan tersebut. Perbaikan skripsiku hampir sampai penghujung jalan. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi dan bersiap melaksanakan solat subuh, doa yang sama selalu kupanjatkan agar dapat wisuda di bulan Januari ini supaya kedua orangtuaku bahagia melihat anaknya setelah lima tahun setengah akhirnya diwisuda juga.

Setelah merapihkan segala sesuatunya, aku pun berangkat menuju kampus, masih gelap, ya memang masih gelap, tapi lebih baik menanti berjam-jam dari pada kehilangan tandatangan mahal dari dosen pembimbing. Satpam kampus pun bingung melihat kedatanganku, aku hanya diam, tersenyum dan langsung menuju fakultas. Tepat di depan lift kampus ada sebuah bangku mini berwarna hijau, aku pun duduk di atas bahunya. Suasananya hening, setiap kali aku mendengar suara tak jelas, langsung saja kalimat istigfar keluar dari mulut. Kejadian itu sampai tiga kali bertubi-tubi. Tiba-tiba suara tapak sepatu terdengar melaju kencang mengarah fakultas, ternyata ia seorang satpam yang lagi kebelet, sekali lagi aku harus mengelus dada.

Hari mulai cerah, mahasiswa mulai berdatangan, aku memandangi banyak wajah yang baru dengan semangat baru. Meski begitu mereka ramah menyapaku, sebagian dari mereka sempat menyalamiku, ternyata ketenaranku masih melekat di kepala mereka. Kedua mataku mulai cerah saat melihat mahasiswi- mahasiswi cantik dengan dandan yang aduhai, kemudian mataku semakin cerah ketika melihat dosen pembimbingku datang dengan barang bawaannya. Aku pun langsung menghampirinya, dan mengutarakan niatku meminta tandatangannya, namun tak ada jawaban, aku mengikuti langkahnya dengan seksama, aku pun menawarkan diri untuk membawa barangnya, itu juga tak ada jawaban, sesampainya di depan pintu ruangannya, ia pun langsung memasukinya tanpa kata-kata. Aku tak kuasa menahan rasa sakit karena dicuekin terus, kursi yang berada di depan ruanganya menjadi sasaran lampiasanku, dan aku tak sadar kursi itu terbuat dari kayu. Aku pun merengek kesakitan. Namun, aku tetap setia menunggunya keluar ruangan meski ada rasa sakit di hati dan di kaki.

(bersambung)

 

Blogger news

Blogroll

About