CUKUP SEKIAN
Rasanya tak seimbang, perjalanan
yang panjang harus diobati dengan istirahat yang singkat. Badan dan pikiran tak
serasi. Tapi apa boleh buat, pagi itu juga harus bangun dan merapihkan
tikar-tikar yang masih terbentang mengingat pemilik warung mulai mengusir meski
dengan cara yang sopan. Tak banyak tanya, kaki dan tangan berebut bangkit dari alas
tipis yang basah akibat gerimis sepanjang malam. Tawa renyah dari teman-teman
menyambutku manis, satu persatu aku memperhatikan wajah-wajah lelah dan kurang tidur.
Namun ada satu wajah hilang dari pandanganku, yaitu wajah Sampulan. Menurut
informasi hampir satu jam ia mecari tempat yang siap menampung hajatnya. Rasa
dingin masih menempel ketat di sekujur tubuh, tapi kehangatan begitu cepat
datangnya seiring cahaya mentari memeluk erat seluruh tubuh, sambil
membayangkan senyum wanita ceria disana rasanya sangat cukup untuk
menghangatkan pagi di hari Jumat itu.
Tak ada persiapan yang matang
untuk tujuan selanjutnya, tuntutan mengisi perut lebih penting dari pada
memakai kaos kaki terlebih dahulu. Akhirnya, kami meninggalkan pantai asamara
itu dan beberapa duri ikan tadi malam. Sesampainya di warung lontong sederhana,
pemilik warung terkejut. Mungkin karena wajah-wajah kami yang begitu seramnya. Namun
ia tetap berusaha melayani keinginan kami dengan baik dan bercerita bahwa
sebelumnya ada pengunjung datang dari kota tetangga Kotapinang yaitu kota
Rantau Prapat dengan massa yang lebih banyak. Kami pun serentak menjawab
ooooooooo. Hidangan yang datang satu persatu langsung dimakan bertubi-tubi. Tak
ada kata serempak dan seragam dalam hal makanan, terkecuali dalam hal
pembayaran.
Begitulah yang terjadi selama
dalam perjalanan, mudah-mudahan tidak ada pertentangan diantara kami. Ketika
perut telah terisi maka wajah pun mulai berseri dan kata-kata pun cepat
dimengerti. Matahari perlahan menjulang tinggi. Perjalanan menuju puncak GM
siap diberangkatkan. Kali ini, perjalanan menuju puncak GM dipandu oleh Irpan
yang mengaku telah sering mengunjungi tempat tersebut. Seperti apakah
tempatnya, kebanyakan dari teman-teman termasuk saya belum mengenalnya. Yang
bisa dilakukan adalah mengikuti arah beliau dari belakang, dan berharap tempat
yang dituju merupakan tempat yang mengasikkan.
Setelah melewati kota Sibolga,
ada tugu kecil berdiri tegak di tengah tiga arah jalan. Irpan selaku pemandu
jalan mengambil arah jalan ke kanan dan kami pun mengikutinya. Sepanjang jalan,
tidak banyak kegiatan masyarakat sekitar, yang bisa dinikmati hanya
gedung-gedung yang tersusun rapih serta panorama alam yang memesona. Memasuki
jalanan berliku teman-teman mengurangi laju kendaraanya mengingat medan yang
belum pernah dilalui. Hanya beberapa belokan saja, kemudian teman-teman
berhenti dan serentak mengeluarkan HP dan kamera. Dari tempat ini, luasnya
lautan kota Sibolga tampak jelas. Cocok sekali untuk menyegarkan mata dan
pikiran yang lagi mumet.
Di samping kiri jalan tumbuh
pohon-pohon besar nan tinggi, di sebelah kanan terdapat tulisan-tulisan penanda
pengelola hutan tersebut, dan air terjun yang memikat. Selanjutnya ada
terowongon pendek dan unik yang terbuat dari bebatuan. Mungkin saja terowongan
tersebut adalah terowongan buatan. Setelah melewatinya. Beberapa orang berdiri
tegak di pinggir jalan dengan memakai seragam coklat (Kemudian disebut oleh
masyarakat Indonesia dengan sebutan Polisi) menghambat perjalanan kami. karena
ketidaklengkapan kami sebagai pengendara kendaraan, kami pun dibawa kedalam pos
yang tidak jauh dari pandangan. Perdebatan kecil antar polisi dan pengendara
terjadi sekiar 20 menit. Akhirnya kami dipersilahkan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di puncak GM,
pengunjungnya tidak seramai yang saya bayangkan. Saat itu kami menjadi pengunjung
tercepat. Tidak ada seorangpun kecuali kami. Dengan ini kami leluasa menikmati
tempat bersejarah itu. Tempat dimana perjuangan masyarakat Tapanuli Tengah
melawan penjajah negeri tercatat dan terdokumentasi dengan lengkap. Mulai dari
staregi perang hingga mendapatkan kemerdekaan seutuhnya dari tangan penjajah. Tempatnya
tidak begitu besar, namun mampu membangkitkan jiwa nasionalis. Karikatur perjuangan
yang dilukis disepanjang dinding juga mampu membangkitkan jiwa patriotis, serta
patung-patung pejuang yang menjulang ke atas membangkitkan jiwa kritis.
Waktu tak pernah berhenti, kami
memutuskan untuk pulang ke kota asal. Namun tak lengkap rasanya jika tidak
sempat menikmati pantai Pandan yang terkenal itu. Semua teman-teman setuju
untuk menginjakkan kakinya di pantai tersebut. Tanpa komando teman-teman menuju
kendaraanya masing-masing dan berharap agar tidak dihambat oleh polisi lagi di
tengah perjalanan. Memasuki pantai Pandan, sinar terik matahari menyambut
kedatangan pria-pria Langga Payung ini. Orang-orang terlelap dengan sentuhan
angin pantai tersebut. Aku dan teman-teman terus beriringan. Bersama-sama mencoba
menghilangkan rasa lelah di badan dan rasa kacau dalam pikiran.
Banyak hal yang memikat di pantai
tersebut, mulai dari souvenir unik,
sampai permainan di tengah laut seperti banana boat. Pemilik boat menawarkan kami untuk ikut jalan-jalan menuju
pantai Mursala. Menurut gosip yang beredar, pantai tersebut menawarkan
keindahan luar biasa. Keunikannya adalah sebuah airt terjun yang langsung mengalir
melebur ke dasar air laut. Air terjun seperti ini sangat langka didapatkan di
Dunia dan sangat cocok untuk dikunjungi. Namun, karena ketiadaan dana, kami pun
mengalah dan mundur selangkah.
Tak seharusnya pantai Pandan ini
cepat ditinggalkan, masih banyak rasa yang belum dijamah. Namun waktu berkata
lain, angin pantai seketika marah ketika kami memutuskan untuk meninggalkannya.
Sebelum beranjak pergi, kegiatan mencari souvenir
untuk orang-orang terindah menjadi pilihan yang tepat. Dan seperti biasanya,
memilih sesuatu kepada de special one sangat
sulit untuk ditentukan. Setelah mendapatkannya, kami pun resmi
meninggalkan kota Pandan.
Singgah sebentar di rumah makan,
dilanjutkan menuju tempat pemandian, akhirnya sampai Magrib di kota Sidempuan dan
makan malam di tempat yang sama 2 hari yang lalu, dan Alhamdulillah mendapat
diskon sebesar dua puluh satu ribu rupiah. Sempat juga berhenti di daerah
Nabundong karena salah satu kendaraan teman mengalami kebocoran ban, dan
Alhamdulillah sampai di rumah sekitar pukul 02.00 WIB pagi.
(anak ikan makan terasi, sekian
dan terimakasih).
#maribercerita
No comments:
Post a Comment