Pages

Tuesday 5 August 2014

#catatankeciltouringkesibolga



HATI-HATI YA

Perjalanan menuju Sibolga sebelumnya terencana oleh beberapa orang saja, namun seiring waktu berjalan sampailah informasi ini ke beberapa orang, dan ternyata kegiatan touring ini disambut baik oleh banyak orang meski mereka berasal dari kampung lain. Pertanyaan “kapan berangkat” menjadi hantu bagi saya tersendiri. Wajar, sebab kegiatan ini tercetus oleh saya sendiri mulanya. Beberapa orang memberi usul agar berangkat di Lebaran H + 3, bahkan perdebatan tentang hari dan pukul merupakan poin yang sulit untuk diputuskan. Akhirnya meski dengan sedikit keraguan, waktu keberangkatan menuju Kota Sibolga diputuskan pada pukul 15.00 WIB. Peralatan dan kendaraan menjadi perhatian yang terpenting, mengingat perjalan menuju lokasi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Oh ya satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah isi dompet juga harus dipertebal. Hehehe, dan yang paling penting adalah meminta izin kepada orang tua, kerabat, sobat, yang tersayang, kalau perlu sama pak kepala desa juga boleh, dll. Dalam hal meminta izin pasti ada pesan singkat yang diucapkan, seperti kata “HATI-HATI YA”, kedengarannya kata-kata ini sudah lumrah diucapkan atau biasa saja, tapi jika kata-kata itu datang dari seseorang yg spesial maknanya langsung berubah menjadi doa yang kuat dan penyemangat hati dalam perjalanan hingga kembali pulang. Setelah meminta izin, saya dan teman-teman siap berangkat. Hari yang cerah dan bersahabat, tepat pada pukul 16.00 WIB, diawali dengan do’a kami pun berangkat.

Berikut adalah teman-teman yang berangkat saat itu, yaitu: Asrul, Ridho, Wahbi, Lukman, Rijal, Bakti, Arul, Faisal, Sampulan, dan empat orang lagi yang sudah menunggu Di Kota Padang Sidimpuan Yaitu: Irpan, Julpan, Budi, Dan Akhir (semuanya bukanlah peremepuan). Seperti biasanya dalam perjalanan, satu sama lain saling memperhatikan demi keselamatan. Pemberhentian pertama terjadi di SPBU Ojolali untuk mengisi beberapa liter bensin. Kemudian dilanjutkan setelah menunggu 2 org teman yang datang dari kamar mandi umum. Hari itu adalah hari rabu, kendaraan silih berganti tiada habisnya, bermacam jenis kendaraan berlimpah ruah memadati kota padang lawas utara tersebut (Paluta), untung saja kondisi jalan begitu rapih dan mulus. Sedikit kemacetan terjadi di kota Gunungtua tak membuat kerut di wajah mereka. Contohnya, Bakti (paling muda) yang berada di belakang saya selalu menebar senyum. Perjalanan terus dilanjutkan beberapa orang mengeluarkan kameranya untuk mengabadikan momen-momen yg unik dalam perjalanan. Memasuki jalan berliku dan sempit yang disebut dengan Nabundong para driver menurunkan laju kendaraannya, sampailah pada suatu tempat, bisa disebut dengan puncak, kami pun berhenti sejenak untuk berfoto-foto, bagi anda yang melewati tempat ini jangan sesekali melawatkan momen ini, sebab pemandangan yang dikelilingi oleh pepohonan dan gunung menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Berbagai gaya sudah diabadikan, kemudian perjalannan dilanjutkan menuju kota Sidimpuan. Lapar dan haus mulai menyelimuti, akhirnya kami pun berhenti di Rumah Makan Batu Nadua Indah. Menurut informasi tempat ini memiliki makanan yang khas, ternyata itu betul, banyak sekali pengunjung yang mampir ketempat ini, sehingga kami tidak mendapatkan kesempatan untuk menyantap makanannya, akhirnya kami berinisiatif meraba rumah makan yg lain, tepat di samping tugu di tengah kota sidimpuan, namanya RM Himalaya baru. Jelas saja makanannya tidak asing di lidah, sebab masyarakat kota sidimpuan mayoritasnya adalah warga mandailing begitu juga dengan kami. tapi kali ini makanan yang ditawarkan begitu menggairahkan. Teman-teman juga tak segan meminta tambah hingga perut sampai tegang. Satu porsinya berkisar 20.000 (jika dirupiahkan).

Waktu menunjukkan setengah delapan malam, perjalanan nampaknya masih jauh, karna tak seorang pun diantara kami yang tahu pasti jarak tempuh antara sidimpuan dan sibolga. Melewati tugu perbatasan kota sidimpuan, jalanannya begitu sempit dan berliku. Sesekali harus menginjak rem tiba-tiba guna menghindar dari lobang jalanan yang bertebaran merajalela. Malam itu cukup padat dan ramai. Aku sangat menikmati cuaca malam itu meski tulang punggung mulai tegang. Cuacanya tidak begitu dingin, suara aliran sungai menyambut kedatangan kami dan semuanya terlihat alami. Disekitar aku memperhatikan motor (roda dua) yang berjalan perlahan-lahan tepat di depanku, ternyata mereka adalah keluarga, anak yang paling besar duduk didepan sang ayah, sedangkan anak yg paling kecil, sepertinya masih kecil tertidur terlelap dipangkuan ibunya. Kejadian ini persis pernah telah terjadi pada masa-masa kecilku, ketika itu kami harus menaiki satu motor berisikan tiga sampai empat orang agar sampai ke kebun, begitu juga ketika mengunjungi sang nenek pada saat lebaran. Oh kenangan.

Berhenti sejenak di Batang Toru, kami menyempatkan untuk bertanya kepada warga setempat, ternyata kami harus memakan sekitar dua jam lagi agar sampai ke Sibolga. Raut wajah teman-teman mulai berkerut terkecuali pemuda yang mungil itu (bakti), konsisten tersenyum dalam keadaan apapun. Kali ini aku menjadi pengemudi, hampir satu kilometer perjalanan tiba-tiba saja hujan turun, kami pun berteduh di salah satu rumah warga. Tentunya baju dan celana basah. Tissue yang kuberikan kepada teman-teman disambut senyum dan tawa, mereka sangat menngenalinya, sebab tissue itu diambil dari rumah makan di sidimpuan tanpa izin. Canda tawa menjadi penghangat malam itu. Tiba-tiba saja penghuni rumah menawari kami semua makan ke dalam rumah. Tak ada jawaban dari kami mungkin saja sebuah keajaiban, dan kami pun melanjutkan perjalanan.

Semakin jauh, mata mengantuk, badan letih, bibir pecah-pecah, kaki gatal-gatal dan jalanan mulai hening, teman-teman menurunkan laju kendaraannya, hingga kami tiba di suatu tempat yang begitu ramai, Orang-orang sekitar bersuka ria di jalanan, keramaian terjadi bukan karena adanya kecelakaan atau pencurian, juga karena bukan adanya kebakaran, tapi dikarenakan sebuah kebiasaan masyarakat setempat dan pengunjung untuk menghabiskan malamnya di pinggir pantai. Mendengar dentuman suara ombak pantai rasanya melegakan. Empat orang yang telah tiba duluan di sibolga mendatangi persinggahan kami. senyum dan tawa menyambut kedatangan mereka. Akhirnya kami pun dibawa ke sebuah rumah untuk beristirahat.

Rumahnya cukup luas. Empat belas orang memenuhi ruangan tengah. Dengan keterbatasan tuan rumah pun menyediakan kami beberapa alas tidur dan kain sarung. Semuanya merebahkan ke atas tikar yang disediakan, satu persatu diantara kami mulai menutup kedua bola matanya. Aku dan teman-teman yang masih melek merencakan tujuan touring esok harinya. Diskusi kecil itu menghasilkan keputusan bahwa tujuan esok harinya adalah daerah Barus. Setelah berdiskusi, niat hati untuk menikmati indahnya malam pantai Pandan, namun sayang tubuh lemah mengalahkan semua ide. Akhirnya kelopak mataku menutup cerita malam itu.

(bersambung)

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About