Pertempuran kedua kekuatan ini belum kunjung selesai, kali
ini pasukan wira dikepung oleh pasaukan Mahmud barjah, pasukan wira terjebak kedalam
perangkap pasukan mamud barjah. Kecerdasan yang dimiliki barjah dipenuhi pasukannya
sehingga dengan leluasanya mereka menembaki pasukan gajah tuban dari balik
semak-semak. gajah yang merasa dihujani tombak-tombak tajam meraung kesakitan
dan mulai berontak, menginjak-injak pasukan kaki tuban, tidak lama kemudian
suara dentuman meriam ikut memeriahkan peperangan dan membuat pasukan kuda
tuban berlarian karena takut dengan api. Dengan lantang wira menyuruh pasukan
kuda untuk keluar dari jebakan, dan mencari para musuh yang benrsembunyi
dibalik semak. medan tempur yang sulit dan berlumpur membuat gajah-gajah susah
keluar dari jebakan.
Melihat musuh yang berantakan, Pasukan rajeg tidak sabar
mendekati para musuh, ingin membunuh musuh dengan jarak dekat. Kecorobohan itu
menguntungkan pasukan tuban yang masih memiliki pasukan kaki dan kuda, kedua
kubu itupun mulai berperang dengan jarak yang sangat dekat dihiasi dengan
derasnya hujan membuat kedua pasukan ini makin bersemangat membasmi musuh
masing-masing, dengan kekuatan yang terlatih pasukan tuban mampu memenangi laga
ini sebab pasukan yang diturunkan rajeg masih sedikit masih ada pasukan yang disiapkan
untuk serangan balik sebanyak 2 kali pertempuran. Wira kembali melilhat keadaan
pasukan yang ia miliki.
Berbeda dengan keadaan di rajeg, kiai benggala merasa
kepemimpinannya sudah mulai direnggut oleh Mahmud barjah, perasaan itu muncul
ketika esteban dan Rodriguez sudah mulai dekat dengan barjah, ditambah lagi
kalau barjah mulai jarang datang menghadapnya. Kepemimpinan harus direbut
kembali ketanganku, sebab aku punya lebih banyak ilmu dan pengalaman dibanding
barjah, dan jika tuban benar-benar jatuh ketangannya, ia akan lebih bejat
dibanding sang adipati tuban dan aku tidak akan menjadi siapa-siapa lagi. Ini tidak
mungkin dan tidak boleh terjadi, mungkin aku harus meracuninya dengan diam-diam
agar pasukannya tidak tahu.
Tiba-tiba malam itu barjah menghadap kiai benggala, dan ia
pun tetap menjaga wibawanya sebagai pimpinan daerah rajeg, percakapan itu masih
tentang perebutan tuban, tidak seperti biasanya, malam ini barjah mengikuti
saran dari kiai benggala. Percakapan itu pun menghasilkan akan terus menyerbu
tuban tepat di kota tuban dengan kekuatan penuh dan perbekalan yang lengkap
selama perjalanan.
Pasukan rajeg akhirnya berangkat, diperkirakan akan memakan
waktu 3 hari. Perjalanan itu terlihat oleh pasukan pengintai tuban dan
menyampaikannya ke tuban, pasukan pengintai terus memberitahukan informasi ini di
setiap titik yang sudah diposkan tuban, namun salah satu dari pengintai itu
mati tertombak tepat didadanya dan jatuh, satu tombak lagi menancap tulang pipi
kuda pengintai, dan berlari menuju kota tuban, kuda tersebut sampai di warung
yakub, dan orang-orangpun menontonnya dan beranggapan bahwa pasukan rajeg sudah
dekat.
Pasukan tuban tidak terkendali, banyak pasukan yang belum
muncul, sehingga dengan pasukan yang ada mencoba menghalangi pasukan rajeg yang
mau memasuki jantung kota tuban, walaupun pasukan kuda tuban mencoba menghabisi
mereka dari belakang. Lama kemudian barisan pasukan rajeg terpecah sehingga
terjadi kembali perang besar antara kedua kubu ini. Di sudut tuban terlihat
pasukan rajeg mengemasi meriam, dengan cepat wira menyuruh pasukan kuda untuk
mengganggunya, medan perang ditinggalkan dan diganti dengan pasukan yang baru
datang. Seperti kilat pasukan kuda menuju meriam yang dikawal oleh Mahmud barjah,
barjah dan pasukannya tidak berhasil menghalau pasukan kuda tuban, kepungan itu
makin lama makin mengecil, Rodriquez dan esteban terdesak dan akhirnya
ditangkap hidup-hidup atas perintah kepala pasukan kuda.
No comments:
Post a Comment