Pages

Tuesday 16 October 2012

IDAYU JADI SANDERA (bagian23)



Ilustrasi
Rumah Idayu selalu dikunjungi oleh orang-orang sekitarnya, setiap jam dan menit nya orang-orang silih berganti menjenguk idayu yang baru saja melahirkan anak keduanya, memiliki seorang istri senapati membuat idayu makin hari makin banyak tamu, hingga kepala desa awis karambil mengambil peran, mengganggap dial ah orang yang paling berjasa untuk ketenaran idayu dan wira, ucapan yang keluar selalu membanggakan dirinya yang menjadikan idayu sebagai juara penari berturut-turut. namun kegembiraan yang dialami idayu harus berhenti sejenak, sebab pasca prajurit rajeg dipukul mundur, Segerombolan prajurit mendatangi Awiskarambil (kampung Idayu) berniat membawa istri senopati tersebut, gerombolan ini mengaku mendapat perintah dari senopati tuban (wira) agar membawa Idayu ke tempat yang lebih aman. Awalnya idayu tidak mau mengikuti perintah, tapi desakan yang dilontarkan gerombolan membuat idayu tidak punya pililhan lagi, akhirnya idayu, kedua anaknya dan istri syahbandar mengikuti kemauan para prajurit.

Di tengah perjalanan istri syahbandar diturunkan prajurit, dan disuruh pulang sendiri ke kadipaten atas perintah senapati, kejadian ini mengejutkan idayu, membuat curiga dan menghawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, namun ia tidak berani bertanya. Dalam perjalan, idayu memandangi sekitar, ia merasakan kakinya  mulai sakit, anakn pertamanya (gelar) kembali menangis meminta untuk digendong, lagi-lagi tidak ada pertolongan dari para prajurit. Setelah 3 kampung dilewati belum ada tanda-tanda untuk berhenti, prajurit juga tidak memberitahukan arah kemana mereka akan pergi, akhirnya idayu sadar kalau ia sudah jatuh ketangan musuh suaminya, sebab suamninya tak akan pernah melakukan perjalanan yang menderitakan keluarganya. 

Setelah melewati 6 kampung, perjalanan pun berhenti, langsung dimasukkan ke dalam rumah. Idayu letih, gelar masih saja merengek. Sambil menyusui, idayu memijit kaki gelar hingga tertidur. Ia rangkul bayinya erat, sekarang idayu adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Keesokan harinya, panglima rajeg datang menghampirinya. Idayu tidak berani menatap wajah sunan rajeg dan bibirnya tertutup rapat. Sunan rajeg masih saja bercuap-cuap tentang kekesalannya atas perlakuan suaminya, seharunya tuban sudah menjadi milikku, tapi karena suamimu anak desa yang tidak tahu cara berteerimakasih sudah membuat kacau, suami mu akan datang menjemputmu, kau jangan takut, kau tidak akan kusakiti, karena kau bukanlah lawanku, tapi karena kau suamimu akan terpancing datang kesini.
Idayu masih saja terdiam, sunan rajeg merasa bahwa ia tidak dihormati oleh tamunya, sunan rajeg marah, mengangkat suaranya dan mengatakan apa saja  yang ia mau untuk menyudutkan idayu, mulai dari pekerjaan idayu sebagai penari tuban yang tidak bermakna bagi sunan rajeg, anaknya yang lahir mirip dengan syahbandar tuban, raja tuban yang berpihak pada kafir, sampai pada musuh bubuyutannya wira sebgai anak desa yang mengambil jabatan senapati dengan curang. Idayu jelas mendengar penghinaan itu, ia sembunyikan gelar di belakang punggungnya. Tidak lama kemudian idayu menambil makanan yang sudah tersedia di meja pojok, dan langsung menyuapi anak-ananya. 

Dari balik dinding rumah, idayu mengintip kejadian di luar, belum ada tanda-tanda penyelamatan baginya dan kedua anaknya. Tepat di malam hari, orang-orang berteriakan histeris, denga cepat idayu mengintip dari balik lobang kecil, ia melihat kerusuhan di mana-mana, orang-orang berlarian, menjerit, ketakutan, histeris, namun ia tidak bias memastika apa yang terjadi, mungkin ayahmu datang nak, katanya kepada gelar. Tiba-tiba seorang perempuan yang baru melahirkan terjatuh tepat di depan pintu rumah, dan meminta pertolongan, idayu diam dan diam, suara itu itu makin keras, idayu pun masih terdiam dan menangis takut terjadi sesuatu jika pnintu dibuka. Perempuan itu menghilang setelah melihat pintu rumah dikunci dari luar.

Tak berapa lama kemudian terdengar suara pembongkaran pasak pintu, Mbok ayu mari kita pergi disini tidak aman, idayu pun langsung bergegas mengangkat bayinya sedangkan gelar digendong pemuda tersebut. Mbok ayu akan dibawa ketempat yang lebih aman.  Idayu mencoba mengingat orang yang sering memanggilnya mbok ayu, namun idayu belum mendapatkan jawabannya.

Wednesday 10 October 2012

PENENTUAN (bagian22)



Pertempuran kedua kekuatan ini belum kunjung selesai, kali ini pasukan wira dikepung oleh pasaukan Mahmud barjah, pasukan wira terjebak kedalam perangkap pasukan mamud barjah. Kecerdasan yang dimiliki barjah dipenuhi pasukannya sehingga dengan leluasanya mereka menembaki pasukan gajah tuban dari balik semak-semak. gajah yang merasa dihujani tombak-tombak tajam meraung kesakitan dan mulai berontak, menginjak-injak pasukan kaki tuban, tidak lama kemudian suara dentuman meriam ikut memeriahkan peperangan dan membuat pasukan kuda tuban berlarian karena takut dengan api. Dengan lantang wira menyuruh pasukan kuda untuk keluar dari jebakan, dan mencari para musuh yang benrsembunyi dibalik semak. medan tempur yang sulit dan berlumpur membuat gajah-gajah susah keluar dari jebakan.
Melihat musuh yang berantakan, Pasukan rajeg tidak sabar mendekati para musuh, ingin membunuh musuh dengan jarak dekat. Kecorobohan itu menguntungkan pasukan tuban yang masih memiliki pasukan kaki dan kuda, kedua kubu itupun mulai berperang dengan jarak yang sangat dekat dihiasi dengan derasnya hujan membuat kedua pasukan ini makin bersemangat membasmi musuh masing-masing, dengan kekuatan yang terlatih pasukan tuban mampu memenangi laga ini sebab pasukan yang diturunkan rajeg masih sedikit masih ada pasukan yang disiapkan untuk serangan balik sebanyak 2 kali pertempuran. Wira kembali melilhat keadaan pasukan yang ia miliki. 

Berbeda dengan keadaan di rajeg, kiai benggala merasa kepemimpinannya sudah mulai direnggut oleh Mahmud barjah, perasaan itu muncul ketika esteban dan Rodriguez sudah mulai dekat dengan barjah, ditambah lagi kalau barjah mulai jarang datang menghadapnya. Kepemimpinan harus direbut kembali ketanganku, sebab aku punya lebih banyak ilmu dan pengalaman dibanding barjah, dan jika tuban benar-benar jatuh ketangannya, ia akan lebih bejat dibanding sang adipati tuban dan aku tidak akan menjadi siapa-siapa lagi. Ini tidak mungkin dan tidak boleh terjadi, mungkin aku harus meracuninya dengan diam-diam agar pasukannya tidak tahu.

Tiba-tiba malam itu barjah menghadap kiai benggala, dan ia pun tetap menjaga wibawanya sebagai pimpinan daerah rajeg, percakapan itu masih tentang perebutan tuban, tidak seperti biasanya, malam ini barjah mengikuti saran dari kiai benggala. Percakapan itu pun menghasilkan akan terus menyerbu tuban tepat di kota tuban dengan kekuatan penuh dan perbekalan yang lengkap selama perjalanan.
Pasukan rajeg akhirnya berangkat, diperkirakan akan memakan waktu 3 hari. Perjalanan itu terlihat oleh pasukan pengintai tuban dan menyampaikannya ke tuban, pasukan pengintai terus memberitahukan informasi ini di setiap titik yang sudah diposkan tuban, namun salah satu dari pengintai itu mati tertombak tepat didadanya dan jatuh, satu tombak lagi menancap tulang pipi kuda pengintai, dan berlari menuju kota tuban, kuda tersebut sampai di warung yakub, dan orang-orangpun menontonnya dan beranggapan bahwa pasukan rajeg sudah dekat.

Pasukan tuban tidak terkendali, banyak pasukan yang belum muncul, sehingga dengan pasukan yang ada mencoba menghalangi pasukan rajeg yang mau memasuki jantung kota tuban, walaupun pasukan kuda tuban mencoba menghabisi mereka dari belakang. Lama kemudian barisan pasukan rajeg terpecah sehingga terjadi kembali perang besar antara kedua kubu ini. Di sudut tuban terlihat pasukan rajeg mengemasi meriam, dengan cepat wira menyuruh pasukan kuda untuk mengganggunya, medan perang ditinggalkan dan diganti dengan pasukan yang baru datang. Seperti kilat pasukan kuda menuju meriam yang dikawal oleh Mahmud barjah, barjah dan pasukannya tidak berhasil menghalau pasukan kuda tuban, kepungan itu makin lama makin mengecil, Rodriquez dan esteban terdesak dan akhirnya ditangkap hidup-hidup atas perintah kepala pasukan kuda.

Wednesday 12 September 2012

KERUSUHAN DI BANDAR SENI DAN OLAHRAGA (bagian21)





Ilustrasi

Kali ini warungnya ya’kub buka dan menerima pelanggan, ya’kub duduk di pojokan bersama syahbandar Tuban, dalam warung itu hanya mereka berdua memperbincangkan apa yang harus di permasalahkan, ya’kub mulai pembicaraan tentang kekuatan senjata meriam saat ini, ia berpikir tidak ada lagi kekuatan menandingi kekuatan dentuman meriam bahkan cetbang yang di miliki oleg tuban sendiri. Ya’kub sendiri pernah mengantarkan dua butir meriam kepada raja benggala lengkap dengan pelurunya. Pemikiran yang dimiliki ya’kub saat ini dibenarkan oleh tuan syahbandar sambil meneguk minuman tuak yang ada di depannya. Sesekali tuan syahbandar berteriak keras karena minuman kali ini sangat enak, dan nikmat.

Tidak ada pelanggan selain tuan syahbandar, sewajarnya pembicaraan mereka sangat panjang dan mengasikkan, tiba-tiba diluar sana mereka melihat ada keributan, penasaran mereka bertambah ketika masyarakat berteriak terus-menerus mengusir seseorang, seampainya dibandar tuan syahbandar tidak dapat melihat apa yang terjadi karena ditutupi oleh padatnya manusia. Dengan badan bongkoknya ia mencoba menorobos dan ternyata seorang portugis mencari dirinya, namun masyarakat menjawab duluan dengan kata-kata sudah mati, mampus. Sekejap ia berontak dan melompat2 dibelakang dan berteriak tuan syahbandar ada disini, namun usaha yang di lakukannya sia-sia, suara yang ia miliki kalah  dengan dengan gemuruh warga.

Ferdinan merasa dirinya tidak dihormati dengan keras menyuruh pasukannya untuk menyemburkan meriamnya, warga semakin marah, masyarakat menyerbu para nakhoda kapal dengan tongkat mereka, dan melepas tali kapal. Kapal tersebut semakin lama semakin jauh dari pandangan mata, dan tak lama kemudian kapal tersebut menembakkan meriamnya kearah Bandar, tuan syahbandar yang masih ditepi Bandar merasakan percikan merianya, ia lari menyelamatkan diri sampai-sampai ia merangkak hebat.

Masyarakat juga membalas dentuman meriam tersebut dengan cetbang yang mereka punya, namun masyarakat harus mengakui keterbatasan cetbang yang tidak sanggup membalas semburan meriam. Sekitar 4 kali dentuman meriam itu sekilas berhenti dan Bandar kembali sunyi lagi.

Thursday 9 August 2012

KESEPIAN DI TUBAN (bagian19)



Setelah peperangan itu, tuban menjdai sepi, sunyi dan senyapm tidak banyak aktivitas di pelabuhan, kapal-kapal yang berlayar pun tak kunjung keliatan. Kapal milik tuban pun hanya di ikat begitu saja tanpa pengawalan yang ketat, sebab kapal itu juga sudah tidak berfungsi lagi semestinya, jika seandainya kapal peranaggi datang dan melemparkan meriamnya pelabuhan tuban akan menjadi bubur tanpa perlawanan, prajurit kappal juga tak bisa berbuat apa-apa mengingat kapal yang mereka miliki sudah lumpuh.  Lain lagi halnya para janda tua yang menjdi pelacur juga meninggalkan gubuk-gubuk mereka yang ada di pinggir pelabuhan seakan rejeki tidak sudi lagi dataang ke Bandar ini.

Begitu juga daratan, suara angin berlalu begitu saja, tidak ada kesegaran di sana, mayat sang senapati yang di bunuh wira pun masih terkapar di bawah pohon itu, tidak ada yang berani mengurusnya, bahkan kerabatnya sendiri, mayat itu mengeluarkan bau yang sangat, hewan-hewan berterbangan mengelilingi tubuh malang itu. para masyakat pun rela melewati jalan belakang dibanding melewati mayat ini.

Hal yang sama dirasakan oleh kadipaten, sang adipati duduk termenung, mengingat-ingat kejadian yang telah terjadi, mencoba membuka teka-teki kehidupan kadipaten, ia tahu bahwa senapati di bunuh wira dibawah pohon, tapi tidak ada penghadap yang berani melerainya bahkan mengikuti perintahnya. Pikiran lain bahwa ia merasa dirinya tidak ada arti kekuasaan lagi, masyarkat sudah merantau ke tempat yang mereka ingini, begitu juga prajuritnya, sebagian diungsikan oleh wira ke gresik, tidak ada lagi keramaian di sampingya, tidak ada lagi yang melayani nya, persembahan dari desa pun sudah tidak ada lagi hingga bencama kelaparan akan menyiksanya, seakan ia tidak mampu berbuat apa-apa hanya tuan syahbandar tuban yang menemaninya di kadipaten,

Syahbandar tuban masih saja memengaruhi sang adipati agar adipati mengambil tindakan atas sikap yagn dilakukan oleh wira terhadap senapati, seharusnya ia mendapatkan hukuman yang setimpal, sang adipati  pun termenung, kl seandainya wira menjadi penghianat maka ia akan mati sebagai seorang ksatria, dan ia juga akan mengikuti langkah Gajah Mada dan Ken Arok, yaitu orang desa yang bisa menjadi raja salah satu kerajaan, mereka sama sekali bukan keturunan nigrat, tapi mereka bisa, dan apakah wira akan menjadi seperti mereka berdua? . itu hanya pertanyaan kehawatiran saja. Langsung ia mendebat tuan syahbandar tuban bahwa bukan dikarenakan para penghadap diamasuki setan sehingga mereka tidak bisa melawan wira, tetapi dalam roh wira ini sudah di bekali oleh para dewa.

Kadipaten itu pun sepi setelah perdebatan itu usai, masyarakat yang sering meliat tentara yang tidak memakai baju ke prajuritan yang lengkap meondar-mandir di daratan,

Di kesahbandaran bahkan lebih sepi lagi, sudah tidak banyak lagi yang melompati pagar untuk mengintip keindahan tubuh idayu (isteri wira) sebab idayu pun pulang bersama nyi gede kati, masyrakatpun mendoakan keselamatan anak ketika lahir dan bertepatan dengan kematian ayahnya, entah kenapa mereka sekarang menjadi musuh wira, kematian senapati tidak harus di tangan wira, kematian senapati tidak harus di tikam oleh wira, kenapa wira yang harus membunuh senapati. Memori mereka pun kembali tentang kebahagiaan wira dan idayu ketika mereka berdua digotong masyarakat pada hari pernikahan itu.

Kemudian Bandar menjadi sepi lagi.....

Wednesday 8 August 2012

DAN PERTEMPURAN MELETUS (bagian18)


Panglima rajeg sudah tidak tahan lagi, nafsunya sangat menggebu-gebu untuk menghancurkan Bandar Tuban di tangannya sendiri, pasukan sudah diperintahkan bersiap-bersia berangkat untuk membumihanguskan tuban itu, namun panglima meriam (esteban dan rodriques yang ditugaskan mengajarkan cara orang eropa berperang) masih meragukan kemampuan prajurit rajeg, memanah saja tidak becus, artinya belum siap ditugaskan untuk berperang. Alasan itu tidak direspons oleh kiai rajeg, ia hanya inign keruntuhan tuban secepatnya, kemudian panglima rajeg merasa kesal dan jijik melihat cara perang yang diajarkan oleh esteban dan rodriques, kecemburuan ini datang karena cara perang yang ia ketahui hanya dengan cara perang orang jawa, selebihnya dia tidak tahu, bahkan pasukan kudanya tidak diperbolehkan belajar bersama mereka, perdebatan metode perperangan pun mulai memanas, Mahmud ingin semua orang tentara tuban digiring keperbatasan, sedangkan esteban minta itu cara lama dan akan sia-sia, esteban mengjarkan bagaimana formasi prajurit dipecah pada saat mulai peperangan, perdebatan itu sulit mendapatkan titik tengah, di belakang mereka panglima rajeg sudah marah-marah dan memerintahkan pasukan untuk langung turun ke tuban, dan berapa tak berapa lama ia terjatuh karena sakit, Akhrinya  pasukan diberangkatkan oleh Mahmud barjah.

Di tuban sendiri juga mengalami perdebatan panas, senapati yang baru ditunjuk berpidato diatas panggung, obral sana obral sini membuat para penghadap gerah dan tidak mengerti, sesekali wira mengingatkan bahwa tentara rajeg sudah dekat, teguran itu tidak di gubris, makin lama ia membongkar kelemahan sang adipati selama ini, keraguan yang dimiliki sang adipati membuat malaka jatuh ketangan peraggi (portugis), lagi-lagi wira membentak senapati itu sebab suara meriam sudah mulai dekat, namun tetap tidak dianggap, pembicaraan it uterus hingga menusuk sakit ke hati tuan syahbandar tuban bahwa tuan syahbandar adalah antek-antek portugis, orang yang memasukkan meriam ke rajeg, namun masih dilindungi oleh sang adipati. Wira juga mengakui itu namun bukan waktu nya membahas dia. Saatnya bicara mush yang sudah dekat namun belum ada perintah dari senapati

Wira dengan kemarahannya melompat dan menusukkan kerisnya ke pinggang sang senapati hingga tewas, dan berkata kalian adalah saksi pembunuhan ini kalau kalian tidak suka silahkan lapor kepada sang adipati , dan sekarang aku adalah senapati kalian, kalian setuju?

Para penghadap mengiyakan pertanyaan itu dengan lantang,

Setelah kematian sang senapati barulah perintah perang diluncurkan oleh wira senapati, jika melihat meriam silahkan di hancurkan dan hindari perkelahian dengan mereka, silahkan ganti pakaian kalian dan sembunyilah di semak-semak.

Kematian sang senapati sampai pula di telinga mahmud dari mata-matanya, sepanjang perjalanan menuju perbatasan mahmud menemui pemuda portugis membawa meriam kepedalam, hal ini mengejutkan dan memaki mereka sebelum berperang sudah pulang duluan, alasan yang diberikan orang portugis itu dihiraukan saja oleh mahmud dan langsung membawa pasukan menuju perbatasan.

Bunyi dentuman sudah terdengar kemana-mana mengajak pasukan tuban keluar dari markasnya, sesampainya diperbtasan bunyi itu masih saja mainkan, sambil memaki-maki pasukan tuban. Tiba-tiba diantara gumpalan debu diperbatasan pasukan kuda tuban menghampiri musuhnya, serentak pasukan rajeg melemparkan tombak mereka, dan pasukan kuda itu lari dan menghindar, selang beberapa menit pasukan rajeg dilempari dengan batu, alhasil lemparan itu tidak melesat satupun. jeritan dari prajurit terdengar keras hingga darah terus bercucuran, pasukan rajeg yang masih berada dibelakang membantu teman yang kesakitan, namun naas menimpa mereka pedang yang dilayangkan oleh pasukan kuda tuban terus mengenai badan mereka mereka, mahmud terus memperingatkan agar jangan meninggalkan perbatasan. kelumpuhan yang dialami pasukan rajeg ditambah datangnya pasukan gajah tuban yang menginjak-injak pasukan rajeg, alhasil pasukan rajeg pun panik dan kehilangan arah dan strategi, namun mereka terus mempertahankan panglima mahmud dari serangan pasukan kuda dan gajah, perlawanan itu sia-sia, mereka tetap lumpuh tinggal mahmud sendiri.

Dari belakang, wira berteriak agar mahmud dilepaskan dan memberikan alasannya biarkan dia pergi dan bagaimana dia harus mengurusi pasukannya yang lumpuh ini. mahmud pergi secepat mungkin.

Peperanganpun usai, tanah penuh lumpur darah pasukan rajeg, pasukan tuban meninggalkan lokasi yang di iringi oleh mendung, sesampainya di bandar mereka masih mendengar suara dentuman meriam, dan tiba-tiba sepi, bandar tuban pun diselimuti dengan kesepian.

Tuesday 7 August 2012

BALATENTAR TUBAN TURUN KE DESA (bagian17)


Gambar: Ilustrasi
Rodriques dan esteban dipaksa bangkit dari tidurnya, tangan yang masih terikat berjjalan menelususuri hutan belaka tanpa makan sekalipunm setelah enam hari dalam perjlanan, sampailah mereka dikampung kiai benggala, penyambutan yang luar biasa dilakukan olehnya sebab meriam pesanan dan penembaknya sudah ada didepan mata. Kejadian yang tidak asing di mata ketika dua pemuda portugis itu tidk mau menghormat kepada kiai benggala, sehingga ya’kub sebagai pimpinan rombongan geram melihatnya dan melayngkan satu pukulan tepat pada pinggang mereka berdua, namun tak luluh juga, para hadirin yang melihat langsung memegang kepala pemuda itu dan menempelkannya ke tanah.

Seperti biasa mereka berdua adalah orang yang selalu mempunyai semangat hidup yang tinggi, mereka menolak tawaran kiai benggala untuk memperbaiki meriam yang membutuhkan perawatan. Keputusan mereka ini berujung  dimasukkan kedalam tahanan dan tidak dikasih makan selama seminggu. Belum genap seminggu mereka tidak tahan dan menghadap kiai benggala dan siap melakukan apa adanya, kata-kata seperti itu yang ditunggu oleh kiai benggala, dan memberikan satu syarat. Dengan syarat tersebut pemuda portuigs ini akhirnya masuk islam. Di sela-sela acara, ya’kub kabur dari desa tersebut.



Subuh itu sepi, tidak ada upacara khusus pelepasan prajurit Bandar tuban, sebanyak 90 orang dikirim ke desa untuk menyelamatkan desa dari para perusuh yang diketuai oleh kia benggala, namun pasukan yang dikirim itu ternyata tidak pulang juga, sang patih dengan inisiatif sendiri  meminta ijin untuk mengirimkan 200 org lg lalu mengirimnya bahkan pasukan ini diketuai oleh panglima mamduh barjah dengan pasukan yang ia pilih sendiri. Lagi-lagi pasukan itu tidak pulang ke Bandar. Turunnya para tentara bandar ke desa dikarenakan selama satu bulan para kepala desa tidak bisa menyelesaikan masalah perusuh dan berakibat sesembahan kepada sanag adipati mulai menurun.

Kejadiaan ini membuat sang adipati murka, dan langsung menggelar rapat di pendopo. Sesekali sang adipiati melihat kursi kosong yang biasa di duduk oleh sang patih karena sang patih belum muncul juga. Susana rapat memang tegang, sang adipati tidak biasa mengunyah sirih secepat itu. Para penghadap dimintai persembahan akan kesetiaan pasukan terhadap bandar. Wira yang baru memegang jabatan sebagai panglima perang laut masih menyusun kata-kata dan dapat menjawab pertanyaan sang adipati. Di sisi lain, tuan Syahbandar tuban di mintai pertanggung jawaban akan jumlah para pelayar yang sedikit mampir ke Tuban. Tiba-tiba sang patih datang dan beri salam seperti biasanya kemudian duduk di atas kursi tersebut.

Ketika di tanyai tentang prajurit yang hilang, sang patih hanya memberi hormat dan langsung duduk kembali, begitu seterunya sampai aksi diam itu pecah ketika panglima prajurit kuda menghawtirkan bahwa pasukan yang hilang sebesar itu bukan hilang tapi bisa jadi adalah penghianatan. Mendengar kata-kata itu sang adipati kembali murka, marah, dan suasana rapat kembali panas ketika sang adipati berpidato tentang tuban 200 tahun yang lalu. Setelah sesaat, sang patih membuka mulutnya dan berkata, jika benar demikian bahwa mereka berkhianat pasti mereka bergabung dengan kiai benggala. Sang adipati meyakinkan para penghadap bahwa tentara tuban adalah tentara yang tangguh, di segani, kuat dsb, oleh karena itu sang adipati memberikan pasukan lagi sebanyak 500 pasukan kepada sang patih agar perusuh itu cepat diselesaikan.

Tiba-tiba suara pohon beringin jatuh persis didepan pendopo, namun para anggota rapat belum tampak meninggalkan tempat. Sekali lgi pohon itu tumbang, dan sahbandar mengatakan bahwa meriam peranggi sudah dekat. Kemudian tiba seorang lawan melempar surat kedalam pendopopo dan di bacakan oleh pengawal yang isinya adalah propaganda saja, kiai benggala mengklaim bahwa ia sudah miliki tuban selatan. 

Sang adipati pun menyambut surat itu dengan melempar mangkok sirih ke muka sang patih agar sang patih mengambil langkah cepat dan tepat.

Monday 30 July 2012

DATANGNYA MERIAM PORTUGIS (bagian16)


Malam itu sangat gelap, angin berembus kencang namun belum disertai oleh hujan, pada malam itu ada upacara pemkaman yang biasanya dilakukan dengan pembakaran terhadap mayat, kemudian abunya diambil oleh istrinya, setelah itu sang janda pun memasuki api unggun pemakaman dan hangus dilalap api menyusul suaminya. Kebiasaan ini memang sangat kental bagi kaum Bandar tuban, walupun mereka beragama Budha namun ajaran hindu masih mendarah daging di jiwa masarakat Tuban. Kebiasaan yang dilakukan oleh para janda ini akan dianggap oleh masyrakat sekitar sebagai tanda ketuilusan dan kestiaan terhadap suaminya, namun disisi lain agama islam sangat menentang kebiasaan buruk ini. Alhasil, diam-diam tanpa sepengatuhuan suami, para istri mengikuti ajaran islam, mengikutinya berarti menghindar dari api kematian.

Akibat dari itu, banyak para janda yang hidup. Hidup merantau, walaupun hanya sekedar mencari makan, ada juga sebagian yang menjadi pelacur di pelabuhan. Pelabuhan adalah salah satu tempat kelangsungan hidup dengan menawarkan diri kepada awak kapal yang haus wanita. Kelakuan para janda ini menjadi PR tersendiri bagi kerjaan Bandar tuban. Namun pelabuhan itu menjdi tempat yang seram, angker, perampokan, kekerasan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para janda-janda terhadap pendatang dan pribumi, sebab perdagangan di pelabuhan tidak beroperasi dengan baik.

Salah satu korbannya adalah lim (teman wira) yang datang untuk menemui temannya, lim di jambak, di paksa melepaskan apa yang dimiliki, hingga dia tidak memakai sehelai benangpun di badan, sebab baginya melawan perempuan apalagi melakukan kekerasan bukanlah sebuah kemenangan yang dibanggakan. Lim terpaksa mencari kegelapan yang sangat untuk menutupi badannya.

Ia pun menyusuli mendatangani rumah wira tentunya dari jalanan yang gelap, wira pun tertawa mendengar cerita sahabatnya itu, kemudian lim mengajak wira ke suatu tempat yang ia lewati tadi, ternyata tempat itu adalah sebuah gedung yang berisikan 2 orang portugis (rodrigues dan esteban) yang di rantai oleh syhabandar Tuban. Mereka berdua meronta-ronta, meminta-minta dan mengancam agar dilepaskan oleh syahbandar Tuban. Dengan ketulusan hati syhabandar tuban menawarkan minum, syahbandar memang pandai mengambil hati pemuda portugis ini, walaupun ia terus dimaki. Pembicaran mereka bertiga semakin mengkrucut apa yang diinginkan oleh syahbandar tuban.

Permintaan syahbandar adalah meriam portugis, namun keduanya tidak mengindahkan permintaan syahbandar tuban. Lalu, tongkat yang dipegang syahbandar dipukulkan ke mereka berdua, dengan kilat mereka tak sadarkan diri lagi (pingsan). Kedua badan itu di angkut ke pelabuhan, Wira dan Lim pun ikut mengiringinya dari jauh, dalam perjalanan pulangnya wira mengetahui benar maksuda dari syahbandar Tuban itu.

Ketika Rodriguez sadar, ia pun kaget karena ia mengetahui bahwa ia sudah berada di dalam kapal portugis, perasaan takut dan ngeri dirasakan olehnya sebab hmpir 4 tahun ia dan temannya kabur dari kapal portugis dan bersenang-senang diluar. Ia bangunkan esteban yang mash pingsan. Dalam keadaan tangan terikat mereka dimaki-maki, di pukul, dan ditendang oleh kaptennya sendiri karena kesalahan masa lalu mereka.

Dengan suara mengejek kapten itu menakuti mereka dengan persidangan dan tiang gantungan, sebab kesalahan kaliah ini sudah tidak bisa lagi dimaafkan oleh sang ratu. Mau gk mau kalian harus siap dengan apa yang kalian lakukan selama ini, hanya tiang gantungan yang pantas untuk kalian berdua.

Mereka berdua sudah pasrah akan keindahan tiang gantungan yang setia menanti mereka.
Namun, kali ini tidak akan ada tiang gantungan untuk kalian, sebab ada yang menjamin keselamatan jiwa kalian, yaitu tuan syahbandar Tuban. Kalian pasti kenal dia, dia tidak ingin kalian mati secepat ini. Ujar kaptennya.
 

Blogger news

Blogroll

About