Rodriques dan esteban dipaksa bangkit dari tidurnya, tangan
yang masih terikat berjjalan menelususuri hutan belaka tanpa makan sekalipunm
setelah enam hari dalam perjlanan, sampailah mereka dikampung kiai benggala,
penyambutan yang luar biasa dilakukan olehnya sebab meriam pesanan dan
penembaknya sudah ada didepan mata. Kejadian yang tidak asing di mata ketika
dua pemuda portugis itu tidk mau menghormat kepada kiai benggala, sehingga
ya’kub sebagai pimpinan rombongan geram melihatnya dan melayngkan satu pukulan
tepat pada pinggang mereka berdua, namun tak luluh juga, para hadirin yang
melihat langsung memegang kepala pemuda itu dan menempelkannya ke tanah.
Seperti biasa mereka berdua adalah orang yang selalu
mempunyai semangat hidup yang tinggi, mereka menolak tawaran kiai benggala
untuk memperbaiki meriam yang membutuhkan perawatan. Keputusan mereka ini
berujung dimasukkan kedalam tahanan dan
tidak dikasih makan selama seminggu. Belum genap seminggu mereka tidak tahan
dan menghadap kiai benggala dan siap melakukan apa adanya, kata-kata seperti
itu yang ditunggu oleh kiai benggala, dan memberikan satu syarat. Dengan syarat
tersebut pemuda portuigs ini akhirnya masuk islam. Di sela-sela acara, ya’kub
kabur dari desa tersebut.
Subuh itu sepi, tidak ada upacara khusus pelepasan prajurit
Bandar tuban, sebanyak 90 orang dikirim ke desa untuk menyelamatkan desa dari
para perusuh yang diketuai oleh kia benggala, namun pasukan yang dikirim itu
ternyata tidak pulang juga, sang patih dengan inisiatif sendiri meminta ijin untuk mengirimkan 200 org lg
lalu mengirimnya bahkan pasukan ini diketuai oleh panglima mamduh barjah dengan
pasukan yang ia pilih sendiri. Lagi-lagi pasukan itu tidak pulang ke Bandar. Turunnya para tentara bandar ke desa dikarenakan selama satu bulan para kepala desa tidak bisa menyelesaikan masalah perusuh dan berakibat sesembahan kepada sanag adipati mulai menurun.
Kejadiaan ini membuat sang adipati murka, dan langsung menggelar
rapat di pendopo. Sesekali sang adipiati melihat kursi kosong yang biasa di
duduk oleh sang patih karena sang patih belum muncul juga. Susana rapat memang
tegang, sang adipati tidak biasa mengunyah sirih secepat itu. Para penghadap dimintai
persembahan akan kesetiaan pasukan terhadap bandar. Wira yang baru memegang
jabatan sebagai panglima perang laut masih menyusun kata-kata dan dapat
menjawab pertanyaan sang adipati. Di sisi lain, tuan Syahbandar tuban di mintai
pertanggung jawaban akan jumlah para pelayar yang sedikit mampir ke Tuban.
Tiba-tiba sang patih datang dan beri salam seperti biasanya kemudian duduk di
atas kursi tersebut.
Ketika di tanyai tentang prajurit yang hilang, sang patih
hanya memberi hormat dan langsung duduk kembali, begitu seterunya sampai aksi
diam itu pecah ketika panglima prajurit kuda menghawtirkan bahwa pasukan yang
hilang sebesar itu bukan hilang tapi bisa jadi adalah penghianatan. Mendengar
kata-kata itu sang adipati kembali murka, marah, dan suasana rapat kembali
panas ketika sang adipati berpidato tentang tuban 200 tahun yang lalu. Setelah
sesaat, sang patih membuka mulutnya dan berkata, jika benar demikian bahwa
mereka berkhianat pasti mereka bergabung dengan kiai benggala. Sang adipati meyakinkan
para penghadap bahwa tentara tuban adalah tentara yang tangguh, di segani, kuat
dsb, oleh karena itu sang adipati memberikan pasukan lagi sebanyak 500 pasukan
kepada sang patih agar perusuh itu cepat diselesaikan.
Tiba-tiba suara pohon beringin jatuh persis didepan pendopo,
namun para anggota rapat belum tampak meninggalkan tempat. Sekali lgi pohon itu
tumbang, dan sahbandar mengatakan bahwa meriam peranggi sudah dekat. Kemudian
tiba seorang lawan melempar surat kedalam pendopopo dan di bacakan oleh
pengawal yang isinya adalah propaganda saja, kiai benggala mengklaim bahwa ia
sudah miliki tuban selatan.
Sang adipati pun menyambut surat itu dengan melempar mangkok
sirih ke muka sang patih agar sang patih mengambil langkah cepat dan tepat.
No comments:
Post a Comment