Pages

Wednesday 8 August 2012

DAN PERTEMPURAN MELETUS (bagian18)


Panglima rajeg sudah tidak tahan lagi, nafsunya sangat menggebu-gebu untuk menghancurkan Bandar Tuban di tangannya sendiri, pasukan sudah diperintahkan bersiap-bersia berangkat untuk membumihanguskan tuban itu, namun panglima meriam (esteban dan rodriques yang ditugaskan mengajarkan cara orang eropa berperang) masih meragukan kemampuan prajurit rajeg, memanah saja tidak becus, artinya belum siap ditugaskan untuk berperang. Alasan itu tidak direspons oleh kiai rajeg, ia hanya inign keruntuhan tuban secepatnya, kemudian panglima rajeg merasa kesal dan jijik melihat cara perang yang diajarkan oleh esteban dan rodriques, kecemburuan ini datang karena cara perang yang ia ketahui hanya dengan cara perang orang jawa, selebihnya dia tidak tahu, bahkan pasukan kudanya tidak diperbolehkan belajar bersama mereka, perdebatan metode perperangan pun mulai memanas, Mahmud ingin semua orang tentara tuban digiring keperbatasan, sedangkan esteban minta itu cara lama dan akan sia-sia, esteban mengjarkan bagaimana formasi prajurit dipecah pada saat mulai peperangan, perdebatan itu sulit mendapatkan titik tengah, di belakang mereka panglima rajeg sudah marah-marah dan memerintahkan pasukan untuk langung turun ke tuban, dan berapa tak berapa lama ia terjatuh karena sakit, Akhrinya  pasukan diberangkatkan oleh Mahmud barjah.

Di tuban sendiri juga mengalami perdebatan panas, senapati yang baru ditunjuk berpidato diatas panggung, obral sana obral sini membuat para penghadap gerah dan tidak mengerti, sesekali wira mengingatkan bahwa tentara rajeg sudah dekat, teguran itu tidak di gubris, makin lama ia membongkar kelemahan sang adipati selama ini, keraguan yang dimiliki sang adipati membuat malaka jatuh ketangan peraggi (portugis), lagi-lagi wira membentak senapati itu sebab suara meriam sudah mulai dekat, namun tetap tidak dianggap, pembicaraan it uterus hingga menusuk sakit ke hati tuan syahbandar tuban bahwa tuan syahbandar adalah antek-antek portugis, orang yang memasukkan meriam ke rajeg, namun masih dilindungi oleh sang adipati. Wira juga mengakui itu namun bukan waktu nya membahas dia. Saatnya bicara mush yang sudah dekat namun belum ada perintah dari senapati

Wira dengan kemarahannya melompat dan menusukkan kerisnya ke pinggang sang senapati hingga tewas, dan berkata kalian adalah saksi pembunuhan ini kalau kalian tidak suka silahkan lapor kepada sang adipati , dan sekarang aku adalah senapati kalian, kalian setuju?

Para penghadap mengiyakan pertanyaan itu dengan lantang,

Setelah kematian sang senapati barulah perintah perang diluncurkan oleh wira senapati, jika melihat meriam silahkan di hancurkan dan hindari perkelahian dengan mereka, silahkan ganti pakaian kalian dan sembunyilah di semak-semak.

Kematian sang senapati sampai pula di telinga mahmud dari mata-matanya, sepanjang perjalanan menuju perbatasan mahmud menemui pemuda portugis membawa meriam kepedalam, hal ini mengejutkan dan memaki mereka sebelum berperang sudah pulang duluan, alasan yang diberikan orang portugis itu dihiraukan saja oleh mahmud dan langsung membawa pasukan menuju perbatasan.

Bunyi dentuman sudah terdengar kemana-mana mengajak pasukan tuban keluar dari markasnya, sesampainya diperbtasan bunyi itu masih saja mainkan, sambil memaki-maki pasukan tuban. Tiba-tiba diantara gumpalan debu diperbatasan pasukan kuda tuban menghampiri musuhnya, serentak pasukan rajeg melemparkan tombak mereka, dan pasukan kuda itu lari dan menghindar, selang beberapa menit pasukan rajeg dilempari dengan batu, alhasil lemparan itu tidak melesat satupun. jeritan dari prajurit terdengar keras hingga darah terus bercucuran, pasukan rajeg yang masih berada dibelakang membantu teman yang kesakitan, namun naas menimpa mereka pedang yang dilayangkan oleh pasukan kuda tuban terus mengenai badan mereka mereka, mahmud terus memperingatkan agar jangan meninggalkan perbatasan. kelumpuhan yang dialami pasukan rajeg ditambah datangnya pasukan gajah tuban yang menginjak-injak pasukan rajeg, alhasil pasukan rajeg pun panik dan kehilangan arah dan strategi, namun mereka terus mempertahankan panglima mahmud dari serangan pasukan kuda dan gajah, perlawanan itu sia-sia, mereka tetap lumpuh tinggal mahmud sendiri.

Dari belakang, wira berteriak agar mahmud dilepaskan dan memberikan alasannya biarkan dia pergi dan bagaimana dia harus mengurusi pasukannya yang lumpuh ini. mahmud pergi secepat mungkin.

Peperanganpun usai, tanah penuh lumpur darah pasukan rajeg, pasukan tuban meninggalkan lokasi yang di iringi oleh mendung, sesampainya di bandar mereka masih mendengar suara dentuman meriam, dan tiba-tiba sepi, bandar tuban pun diselimuti dengan kesepian.

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About