Pages

Monday 30 July 2012

DATANGNYA MERIAM PORTUGIS (bagian16)


Malam itu sangat gelap, angin berembus kencang namun belum disertai oleh hujan, pada malam itu ada upacara pemkaman yang biasanya dilakukan dengan pembakaran terhadap mayat, kemudian abunya diambil oleh istrinya, setelah itu sang janda pun memasuki api unggun pemakaman dan hangus dilalap api menyusul suaminya. Kebiasaan ini memang sangat kental bagi kaum Bandar tuban, walupun mereka beragama Budha namun ajaran hindu masih mendarah daging di jiwa masarakat Tuban. Kebiasaan yang dilakukan oleh para janda ini akan dianggap oleh masyrakat sekitar sebagai tanda ketuilusan dan kestiaan terhadap suaminya, namun disisi lain agama islam sangat menentang kebiasaan buruk ini. Alhasil, diam-diam tanpa sepengatuhuan suami, para istri mengikuti ajaran islam, mengikutinya berarti menghindar dari api kematian.

Akibat dari itu, banyak para janda yang hidup. Hidup merantau, walaupun hanya sekedar mencari makan, ada juga sebagian yang menjadi pelacur di pelabuhan. Pelabuhan adalah salah satu tempat kelangsungan hidup dengan menawarkan diri kepada awak kapal yang haus wanita. Kelakuan para janda ini menjadi PR tersendiri bagi kerjaan Bandar tuban. Namun pelabuhan itu menjdi tempat yang seram, angker, perampokan, kekerasan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para janda-janda terhadap pendatang dan pribumi, sebab perdagangan di pelabuhan tidak beroperasi dengan baik.

Salah satu korbannya adalah lim (teman wira) yang datang untuk menemui temannya, lim di jambak, di paksa melepaskan apa yang dimiliki, hingga dia tidak memakai sehelai benangpun di badan, sebab baginya melawan perempuan apalagi melakukan kekerasan bukanlah sebuah kemenangan yang dibanggakan. Lim terpaksa mencari kegelapan yang sangat untuk menutupi badannya.

Ia pun menyusuli mendatangani rumah wira tentunya dari jalanan yang gelap, wira pun tertawa mendengar cerita sahabatnya itu, kemudian lim mengajak wira ke suatu tempat yang ia lewati tadi, ternyata tempat itu adalah sebuah gedung yang berisikan 2 orang portugis (rodrigues dan esteban) yang di rantai oleh syhabandar Tuban. Mereka berdua meronta-ronta, meminta-minta dan mengancam agar dilepaskan oleh syahbandar Tuban. Dengan ketulusan hati syhabandar tuban menawarkan minum, syahbandar memang pandai mengambil hati pemuda portugis ini, walaupun ia terus dimaki. Pembicaran mereka bertiga semakin mengkrucut apa yang diinginkan oleh syahbandar tuban.

Permintaan syahbandar adalah meriam portugis, namun keduanya tidak mengindahkan permintaan syahbandar tuban. Lalu, tongkat yang dipegang syahbandar dipukulkan ke mereka berdua, dengan kilat mereka tak sadarkan diri lagi (pingsan). Kedua badan itu di angkut ke pelabuhan, Wira dan Lim pun ikut mengiringinya dari jauh, dalam perjalanan pulangnya wira mengetahui benar maksuda dari syahbandar Tuban itu.

Ketika Rodriguez sadar, ia pun kaget karena ia mengetahui bahwa ia sudah berada di dalam kapal portugis, perasaan takut dan ngeri dirasakan olehnya sebab hmpir 4 tahun ia dan temannya kabur dari kapal portugis dan bersenang-senang diluar. Ia bangunkan esteban yang mash pingsan. Dalam keadaan tangan terikat mereka dimaki-maki, di pukul, dan ditendang oleh kaptennya sendiri karena kesalahan masa lalu mereka.

Dengan suara mengejek kapten itu menakuti mereka dengan persidangan dan tiang gantungan, sebab kesalahan kaliah ini sudah tidak bisa lagi dimaafkan oleh sang ratu. Mau gk mau kalian harus siap dengan apa yang kalian lakukan selama ini, hanya tiang gantungan yang pantas untuk kalian berdua.

Mereka berdua sudah pasrah akan keindahan tiang gantungan yang setia menanti mereka.
Namun, kali ini tidak akan ada tiang gantungan untuk kalian, sebab ada yang menjamin keselamatan jiwa kalian, yaitu tuan syahbandar Tuban. Kalian pasti kenal dia, dia tidak ingin kalian mati secepat ini. Ujar kaptennya.

No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About