NASI GORENG
Seorang pemuda terdiam duduk di
pojok kosan nya, ia (Andi) menatap dinding hitam gelap di depannya, sesekali ia
memandang ke atas, sesekali ia memandang ke lantai. Semua yang ia lakukan di
dorong oleh alam bawah sadarnya. Tidak ada teman ngobrol dan bercanda sebab teman
satu kos juga belum pulang dari tempat kerja. Kondisi cuaca malam itu memaksa
ia terlihat seperti orang bodoh. Rasa lapar yang melandanya selama 3 jam
membuat ia tak bisa berbuat apa-apa. Hujan deras, angin kencang, dan suara
petir memaksa ia untuk bertahan di dalam kosan ditemani rasa lapar. Mulutnya
berkomat-kamit meminta kepada pemilik hujan agar diberi kesempatan untuk
membeli nasi di warung mak imah. Namun, hujan masih saja konsisten menyirami
bumi. Tak ketinggalan sang petir juga menampakkan jati dirinya, sambung
menyambung sang petir mewarnai malam tersebut.
Kalimat istigfar terucap selalu
dari mulut Andi. Ia tak kuasa lagi menahan laparnya, ia mencoba untuk
menghubungi teman satu kosannya agar membelikannya sebungkus nasi. Namun,
temannya juga tidak bisa mengabulkan permintaannya. Harapan untuk mengisi perut
mulai pudar, usaha untuk mencari cemilan tak kunjung berhasil. Arah matanya
selalu tertuju pada kuah mi sisa milik temannya tadi pagi. Kemudian ia
menghampiri kuah mi tersebut. Dalam amatannya, ternyata kuah tersebut dibumbui
dengan abu rokok. Hatinya bergejolak dalam keraguan untuk menyantapnya atau
tidak. Lalu ia meninggalkannya dan kembali ke kamar tidur dan mulai memasang
headsetnya. Sepertinya mendengarkan musik dangdut dan melayu menjadi penghibur
perutnya. Matanya terpejam, keningnya berkerut, mulutnya menganga, dan kedua
tangannya terkepal di atas perutnya. Ia tampak pasrah apa yang akan terjadi
padanya.
Dalam hayalannya, ia teringat pada mantan pacarnya. Pacar yang baik
hati, pacar yang penuh perhatian, ia tak kan membiarkanku seperti ini, ia pasti
mau mengantarkan nasi untukku meski dalam kondisi apapun, tapi itu salah ku,
itu memang salah ku, aku tak mampu menjaga hatinya, aku tak mampu seperti lyrik
lagu Bruno mars yang harus melompat ke muka kreta api atas nama cinta dan
pengorbanan. Sekarang ia sudah menjadi seorang isteri pejabat PNS yang baru
lulus 2 bulan lalu. Headset itu masih menempel di kupingnya meski Handphone
miliknya sudah kehabisan tenaga. Ia keluar dari kamar dan membuka pintu depan,
seketika itu air hujan langsung menyambar wajahnya, dan ia langsung mengurungkan
niatnya untuk keluar. Satu persatu kotak yang berjejer di ruang tamu ia tendang
sekuatnya hingga berantakan. Ternyata perbuatan itu tak bisa membantunya untuk
keluar dari masalah. Kepalanya terasa berat, pandangannya buyar, langkahnya tak
terarah lagi, ia tersungkur dan tak sadarkan diri tepat di depan pintu kamarnya.
Hening, sunyi, segala benda yang ada disekitar menyaksikan robohnya tubuh
pemuda tegap itu.
Hujan melambat pelan, angin
membawa wangi segar, petir pun mulai menjauh. Tetangga kosan terlelap dalam
selimut masing-masing. Tetesan air hujan menembus atap bocor mengenai wajah
Andi. Tetesan itu membangunkan Andi dari lantai. Ia pun langsung bergegas
keluar mencari makanan. Tukang nasi goreng yang biasa mangkal di pertigaan tidak
jualan, ia berangkat ke tempat biasa ia makan, namun warungnya juga tutup. Tak pantang
mundur, sekitar 10 meter menuju arah barat, ia melihat tukang nasi goreng yang
sedang merapihkan barang-barangnya. Mbak, saya lapar sekali, bisa dibikinin
nasi goreng 1 piring, gak usah pake telor ya mba. Pintanya
Andi terkejut melihat wajah penjual
nasi goreng tersebut. Andi langsung menyambar tanganya.
Kamu mau kemana, kenapa harus menghindar
dariku? Tanya Andi
Tak ada jawaban dari tukang nasi
goreng, Andi terus memintanya untuk bicara.
Hampir 2 tahun kita berpisah,
kenapa kamu tak mau mengobrol denganku.
Silakan duduk, aku akan masakin
buat kamu yang spesial. Sambut Rani (tukang nasi goreng)
Andi duduk disampingnya dan menatap
rani terus-terusan.
Tak banyak bicara, Rani langsung
mempersilahkan Andi makan. Tak sampai 2 menit nasi goreng habis disantap oleh
andi.
Kamu kemana aja mas, aku
menunggumu, kenapa kamu tak datang malam itu? Aku udah siap untuk hidup
bersamamu dalam keadaan apapun. Tanya rani
Tolong jangan bahas itu, aku tak
tau harus mau jawab apa. 1 alasan yang bisa kuungkapkan sekarang adalah bahwa
aku tak tega melihat kamu nanti menderita bersamaku. Sekarang bagaimana dengan
keluarga barumu ran? Kenapa kamu jualan sendirian? Di mana suamimu?
Kedua bola mata Rani mulai
berlinang, suamiku sakit-sakitan, aku harus mencari nafkah untuk kami berdua. Ia
belum bisa membantuku mas.
Andi tak bisa berkata apa-apa, Malam
itu diam.
Tak ada jawaban dari Andi, Rani pun
mulai bergegas untuk membereskan barang-barangnya.
Andi mengantarkannya pulang
sambil mendorong gerobaknya. Sesampai di rumah, Andi mengeluarkan benda tipis
bersegi empat.
Sekarang ini menjadi milikmu,
pergunakanlah untuk keluargamu. Semoga bermanfaat Ran.
Sekuat tenaga Rani menolak
pemberiannya, namun tak ia tak mampu.
Aku pamit yah, ini nomor PIN nya.
Besok aku mau berangkat ke Australia
untuk melanjutkan s2. Doain saya yah.
Bibir rani terkunci, ia hantarkan pemuda itu dengan pandangannya
No comments:
Post a Comment