Pages

Friday 6 February 2015

MUNGKIN SALAH



MUNGKIN SALAH


Surat undangan bertubi-tubi mendatangi rumah, undangan ini mengalahkan banyaknya undngan pernikahan dibulan lalu. Kali ini, undangannya bersifat memperingati maulid nabi besar Muhammad SAW. Tradisi ini memang menjadi kegiatan masyarakat untuk kembali mengenal prinsip-prinsip kehidupan nabi besar muhammad SAW, selain itu juga masih banyak sifat yang harus ditauladani dari beliau, sifat jujur, amanah, tabligh dan fathonah merupakan sifat yang melekat dalam diri nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama islam. Lebih jelasnya ustad/penceramah yang akan menjabarkannya.

Dalam hitunganku ada sekitar 6 remaja masjid di sekitar kecamatan sungai kanan mengadakannya yaitu remaja masjid kp. Lama, perumahan ujung gading, hajoran simaninggir, sigadung laut, ujung gading (bandar palas) dan simandiangin. Tentunya nama daerahnya akan menggelikkan bagi yang belum mengenalnya. Dari semuanya, setiap remaja masjid mempunyai keunikan masing-masing dalam melaksanakannya.

Seperti perumahan ujung gading, menambahkan adanya pidato cilik yang memiliki bakat dalam menyampaikan syiar islam.  Sigadung laut menghibur penonton dengan nasyid atau yang biasa disebut band tampar menggunakan lagu-lagu kekinian. Panitia hajoran simaninggir harus berjuang Melawan derasnya hujan hingga memindahkan tempat kegiatan kedalam masjid, masyarakat ujung gading terbahak ketika pemudanya melakukan aksi drama komedi di atas panggung. Simandiangin memanjakan penontonnya dengan adanya persembahan volk song serta puisi, dan ketua remaja masjid kp. Lama berhati-hati dalam sambutannya karena takut terulang seperti tahun lalu karena tak menyebut nama remaja masjid yang berhadir.

Selain itu, pembacaan Albarzanzi sepertinya menjadi kewajiban panitia untuk menyiapkan para pelantunnya. Bagaimana tidak, dalam kitab tersebut tertulislah kisah nabi muhammad SAW, dan ketika para hadirin mendengarkan kalimat “SALLALLAHU ALA MUHAMAD seterusnya, maka para hadirin serentak berdiri dan saling jawab antara pelantun dan hadirin. Disela-sela solawat itu, datanglah para panitia membawa bunga rampai yang dibagikan kepada seluruh hadirin yang berhadir. Baunya wangi dan bisa menjadi minyak wangi.

Nah, mencari pelantun/pembaca albarzanzi untuk kalangan pemuda khususnya kaum hawa saat ini sulit ditemukan, ya seperti dikampung saya, hanya ada tiga orang yang mau belajar, dan belum mau tampil didepan khalayak ramai dan ketika ada acara peringatan maulid selalu dilimpahkan kepada kaum ibu-ibu yang sudah terlatih. Mungkin juga terjadi di kampung anda.  Kondisi ini menyita perhatian saya, sebab ketika mereka berada di atas pentas acara pernikahan atau semacamnya, mereka leluasa mengeluarkan suara cantiknya. Bahkan bisa terjadi chaos dalam memperebutkan mikrofon agar suaranya terdengar kepada yang berhadir.

Saya tidak mengerti kenapa mereka tidak mau belajar pembacaan Al Barzanzi, padahal suaranya di atas pentas sangat memukau tapi mungkin juga bukan urusanku jika memasuki pilihan mereka. Hanya ada kemungkinan-kemungkinan yang merasuki pikiranku. Bisa jadi karena dalam pembacaan albarzanzi tidak bisa goyang, atau juga karena dilantuntan didalam acara formal sehingga takut salah menjadi alasan, atau juga karena takut dicap menjadi ustajah.

Kemungkinan- Kemungkinan diatas bisa jadi salah, bisa juga salah sekali. 
 

Blogger news

Blogroll

About