Pages

Wednesday 1 October 2014

#Catatankeciltouringkesibolga

CUKUP SEKIAN

Rasanya tak seimbang, perjalanan yang panjang harus diobati dengan istirahat yang singkat. Badan dan pikiran tak serasi. Tapi apa boleh buat, pagi itu juga harus bangun dan merapihkan tikar-tikar yang masih terbentang mengingat pemilik warung mulai mengusir meski dengan cara yang sopan. Tak banyak tanya, kaki dan tangan berebut bangkit dari alas tipis yang basah akibat gerimis sepanjang malam. Tawa renyah dari teman-teman menyambutku manis, satu persatu aku memperhatikan wajah-wajah lelah dan kurang tidur. Namun ada satu wajah hilang dari pandanganku, yaitu wajah Sampulan. Menurut informasi hampir satu jam ia mecari tempat yang siap menampung hajatnya. Rasa dingin masih menempel ketat di sekujur tubuh, tapi kehangatan begitu cepat datangnya seiring cahaya mentari memeluk erat seluruh tubuh, sambil membayangkan senyum wanita ceria disana rasanya sangat cukup untuk menghangatkan pagi di hari Jumat itu.

Tak ada persiapan yang matang untuk tujuan selanjutnya, tuntutan mengisi perut lebih penting dari pada memakai kaos kaki terlebih dahulu. Akhirnya, kami meninggalkan pantai asamara itu dan beberapa duri ikan tadi malam. Sesampainya di warung lontong sederhana, pemilik warung terkejut. Mungkin karena wajah-wajah kami yang begitu seramnya. Namun ia tetap berusaha melayani keinginan kami dengan baik dan bercerita bahwa sebelumnya ada pengunjung datang dari kota tetangga Kotapinang yaitu kota Rantau Prapat dengan massa yang lebih banyak. Kami pun serentak menjawab ooooooooo. Hidangan yang datang satu persatu langsung dimakan bertubi-tubi. Tak ada kata serempak dan seragam dalam hal makanan, terkecuali dalam hal pembayaran.

Begitulah yang terjadi selama dalam perjalanan, mudah-mudahan tidak ada pertentangan diantara kami. Ketika perut telah terisi maka wajah pun mulai berseri dan kata-kata pun cepat dimengerti. Matahari perlahan menjulang tinggi. Perjalanan menuju puncak GM siap diberangkatkan. Kali ini, perjalanan menuju puncak GM dipandu oleh Irpan yang mengaku telah sering mengunjungi tempat tersebut. Seperti apakah tempatnya, kebanyakan dari teman-teman termasuk saya belum mengenalnya. Yang bisa dilakukan adalah mengikuti arah beliau dari belakang, dan berharap tempat yang dituju merupakan tempat yang mengasikkan.

Setelah melewati kota Sibolga, ada tugu kecil berdiri tegak di tengah tiga arah jalan. Irpan selaku pemandu jalan mengambil arah jalan ke kanan dan kami pun mengikutinya. Sepanjang jalan, tidak banyak kegiatan masyarakat sekitar, yang bisa dinikmati hanya gedung-gedung yang tersusun rapih serta panorama alam yang memesona. Memasuki jalanan berliku teman-teman mengurangi laju kendaraanya mengingat medan yang belum pernah dilalui. Hanya beberapa belokan saja, kemudian teman-teman berhenti dan serentak mengeluarkan HP dan kamera. Dari tempat ini, luasnya lautan kota Sibolga tampak jelas. Cocok sekali untuk menyegarkan mata dan pikiran yang lagi mumet.

Di samping kiri jalan tumbuh pohon-pohon besar nan tinggi, di sebelah kanan terdapat tulisan-tulisan penanda pengelola hutan tersebut, dan air terjun yang memikat. Selanjutnya ada terowongon pendek dan unik yang terbuat dari bebatuan. Mungkin saja terowongan tersebut adalah terowongan buatan. Setelah melewatinya. Beberapa orang berdiri tegak di pinggir jalan dengan memakai seragam coklat (Kemudian disebut oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan Polisi) menghambat perjalanan kami. karena ketidaklengkapan kami sebagai pengendara kendaraan, kami pun dibawa kedalam pos yang tidak jauh dari pandangan. Perdebatan kecil antar polisi dan pengendara terjadi sekiar 20 menit. Akhirnya kami dipersilahkan melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di puncak GM, pengunjungnya tidak seramai yang saya bayangkan. Saat itu kami menjadi pengunjung tercepat. Tidak ada seorangpun kecuali kami. Dengan ini kami leluasa menikmati tempat bersejarah itu. Tempat dimana perjuangan masyarakat Tapanuli Tengah melawan penjajah negeri tercatat dan terdokumentasi dengan lengkap. Mulai dari staregi perang hingga mendapatkan kemerdekaan seutuhnya dari tangan penjajah. Tempatnya tidak begitu besar, namun mampu membangkitkan jiwa nasionalis. Karikatur perjuangan yang dilukis disepanjang dinding juga mampu membangkitkan jiwa patriotis, serta patung-patung pejuang yang menjulang ke atas membangkitkan jiwa kritis.

Waktu tak pernah berhenti, kami memutuskan untuk pulang ke kota asal. Namun tak lengkap rasanya jika tidak sempat menikmati pantai Pandan yang terkenal itu. Semua teman-teman setuju untuk menginjakkan kakinya di pantai tersebut. Tanpa komando teman-teman menuju kendaraanya masing-masing dan berharap agar tidak dihambat oleh polisi lagi di tengah perjalanan. Memasuki pantai Pandan, sinar terik matahari menyambut kedatangan pria-pria Langga Payung ini. Orang-orang terlelap dengan sentuhan angin pantai tersebut. Aku dan teman-teman terus beriringan. Bersama-sama mencoba menghilangkan rasa lelah di badan dan rasa kacau dalam pikiran.

Banyak hal yang memikat di pantai tersebut, mulai dari souvenir unik, sampai permainan di tengah laut seperti banana boat. Pemilik boat menawarkan kami untuk ikut jalan-jalan menuju pantai Mursala. Menurut gosip yang beredar, pantai tersebut menawarkan keindahan luar biasa. Keunikannya adalah sebuah airt terjun yang langsung mengalir melebur ke dasar air laut. Air terjun seperti ini sangat langka didapatkan di Dunia dan sangat cocok untuk dikunjungi. Namun, karena ketiadaan dana, kami pun mengalah dan mundur selangkah.

Tak seharusnya pantai Pandan ini cepat ditinggalkan, masih banyak rasa yang belum dijamah. Namun waktu berkata lain, angin pantai seketika marah ketika kami memutuskan untuk meninggalkannya. Sebelum beranjak pergi, kegiatan mencari souvenir untuk orang-orang terindah menjadi pilihan yang tepat. Dan seperti biasanya, memilih sesuatu kepada de special one sangat sulit untuk ditentukan. Setelah mendapatkannya, kami pun resmi meninggalkan  kota Pandan.

Singgah sebentar di rumah makan, dilanjutkan menuju tempat pemandian, akhirnya sampai Magrib di kota Sidempuan dan makan malam di tempat yang sama 2 hari yang lalu, dan Alhamdulillah mendapat diskon sebesar dua puluh satu ribu rupiah. Sempat juga berhenti di daerah Nabundong karena salah satu kendaraan teman mengalami kebocoran ban, dan Alhamdulillah sampai di rumah sekitar pukul 02.00 WIB pagi.

(anak ikan makan terasi, sekian dan terimakasih).

#maribercerita  
 

Blogger news

Blogroll

About