Pages

Friday 29 November 2013


NASI GORENG 



Seorang pemuda terdiam duduk di pojok kosan nya, ia (Andi) menatap dinding hitam gelap di depannya, sesekali ia memandang ke atas, sesekali ia memandang ke lantai. Semua yang ia lakukan di dorong oleh alam bawah sadarnya. Tidak ada teman ngobrol dan bercanda sebab teman satu kos juga belum pulang dari tempat kerja. Kondisi cuaca malam itu memaksa ia terlihat seperti orang bodoh. Rasa lapar yang melandanya selama 3 jam membuat ia tak bisa berbuat apa-apa. Hujan deras, angin kencang, dan suara petir memaksa ia untuk bertahan di dalam kosan ditemani rasa lapar. Mulutnya berkomat-kamit meminta kepada pemilik hujan agar diberi kesempatan untuk membeli nasi di warung mak imah. Namun, hujan masih saja konsisten menyirami bumi. Tak ketinggalan sang petir juga menampakkan jati dirinya, sambung menyambung sang petir mewarnai malam tersebut. 

Kalimat istigfar terucap selalu dari mulut Andi. Ia tak kuasa lagi menahan laparnya, ia mencoba untuk menghubungi teman satu kosannya agar membelikannya sebungkus nasi. Namun, temannya juga tidak bisa mengabulkan permintaannya. Harapan untuk mengisi perut mulai pudar, usaha untuk mencari cemilan tak kunjung berhasil. Arah matanya selalu tertuju pada kuah mi sisa milik temannya tadi pagi. Kemudian ia menghampiri kuah mi tersebut. Dalam amatannya, ternyata kuah tersebut dibumbui dengan abu rokok. Hatinya bergejolak dalam keraguan untuk menyantapnya atau tidak. Lalu ia meninggalkannya dan kembali ke kamar tidur dan mulai memasang headsetnya. Sepertinya mendengarkan musik dangdut dan melayu menjadi penghibur perutnya. Matanya terpejam, keningnya berkerut, mulutnya menganga, dan kedua tangannya terkepal di atas perutnya. Ia tampak pasrah apa yang akan terjadi padanya. 

Dalam hayalannya, ia teringat pada mantan pacarnya. Pacar yang baik hati, pacar yang penuh perhatian, ia tak kan membiarkanku seperti ini, ia pasti mau mengantarkan nasi untukku meski dalam kondisi apapun, tapi itu salah ku, itu memang salah ku, aku tak mampu menjaga hatinya, aku tak mampu seperti lyrik lagu Bruno mars yang harus melompat ke muka kreta api atas nama cinta dan pengorbanan. Sekarang ia sudah menjadi seorang isteri pejabat PNS yang baru lulus 2 bulan lalu. Headset itu masih menempel di kupingnya meski Handphone miliknya sudah kehabisan tenaga. Ia keluar dari kamar dan membuka pintu depan, seketika itu air hujan langsung menyambar wajahnya, dan ia langsung mengurungkan niatnya untuk keluar. Satu persatu kotak yang berjejer di ruang tamu ia tendang sekuatnya hingga berantakan. Ternyata perbuatan itu tak bisa membantunya untuk keluar dari masalah. Kepalanya terasa berat, pandangannya buyar, langkahnya tak terarah lagi, ia tersungkur dan tak sadarkan diri tepat di depan pintu kamarnya. Hening, sunyi, segala benda yang ada disekitar menyaksikan robohnya tubuh pemuda tegap itu. 

Hujan melambat pelan, angin membawa wangi segar, petir pun mulai menjauh. Tetangga kosan terlelap dalam selimut masing-masing. Tetesan air hujan menembus atap bocor mengenai wajah Andi. Tetesan itu membangunkan Andi dari lantai. Ia pun langsung bergegas keluar mencari makanan. Tukang nasi goreng yang biasa mangkal di pertigaan tidak jualan, ia berangkat ke tempat biasa ia makan, namun warungnya juga tutup. Tak pantang mundur, sekitar 10 meter menuju arah barat, ia melihat tukang nasi goreng yang sedang merapihkan barang-barangnya. Mbak, saya lapar sekali, bisa dibikinin nasi goreng 1 piring, gak usah pake telor ya mba. Pintanya

Andi terkejut melihat wajah penjual nasi goreng tersebut. Andi langsung menyambar tanganya.
Kamu mau kemana, kenapa harus menghindar dariku? Tanya Andi
Tak ada jawaban dari tukang nasi goreng, Andi terus memintanya untuk bicara.
Hampir 2 tahun kita berpisah, kenapa kamu tak mau mengobrol denganku.

Silakan duduk, aku akan masakin buat kamu yang spesial. Sambut Rani (tukang nasi goreng)
Andi duduk disampingnya dan menatap rani terus-terusan.
Tak banyak bicara, Rani langsung mempersilahkan Andi makan. Tak sampai 2 menit nasi goreng habis disantap oleh andi.

Kamu kemana aja mas, aku menunggumu, kenapa kamu tak datang malam itu? Aku udah siap untuk hidup bersamamu dalam keadaan apapun. Tanya rani

Tolong jangan bahas itu, aku tak tau harus mau jawab apa. 1 alasan yang bisa kuungkapkan sekarang adalah bahwa aku tak tega melihat kamu nanti menderita bersamaku. Sekarang bagaimana dengan keluarga barumu ran? Kenapa kamu jualan sendirian? Di mana suamimu?

Kedua bola mata Rani mulai berlinang, suamiku sakit-sakitan, aku harus mencari nafkah untuk kami berdua. Ia belum bisa membantuku mas.  

Andi tak bisa berkata apa-apa, Malam itu diam.

Tak ada jawaban dari Andi, Rani pun mulai bergegas untuk membereskan barang-barangnya.

Andi mengantarkannya pulang sambil mendorong gerobaknya. Sesampai di rumah, Andi mengeluarkan benda tipis bersegi empat.

Sekarang ini menjadi milikmu, pergunakanlah untuk keluargamu. Semoga bermanfaat Ran.
Sekuat tenaga Rani menolak pemberiannya, namun tak ia tak mampu.

Aku pamit yah, ini nomor PIN nya.  

Besok aku mau berangkat ke Australia untuk melanjutkan s2. Doain saya yah.

Bibir rani terkunci, ia hantarkan pemuda itu dengan pandangannya
 

Blogger news

Blogroll

About